BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menua (Aging) adalah suatu
proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki atau mengganti diri
serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya. Proses ini berlangsung
terus-menerus sepanjang hidup seseorang. Tidak seperti kondisi patologis,
setiap manusia pasti akan mengalami proses menua. Aging sudah terprogram dalam
genetik masing-masing individual, tapi faktor eksternal sangat berperan dalam
memodifikasi proses ini, sehingga proses menua-pun berlangsung dengan tingkat
kecepatan yang berbeda pada tiap orang. Hal inilah yang menjelaskan mengapa
beberapa orang dapat tampak lebih tua/muda dari usia kronologisnya. Status
kondisi fisik dan aktivitas seseorang dapat secara radikal mempengaruhi fungsi
kardiovaskular saat dia tua.
Menua secara fisiologis
ditandai dengan semakin menghilangnya fungsi dari banyak organ tubuh. Bersamaan
dengan itu meningkat pula insiden penyakit seperti coronary arterial disease
(CAD), penyakit-penyakit serebrovaskular, penyakit ginjal dan paru. Hal ini
akan menyebabkan semakin cepatnya tubuh kehilangan fungsi-fungsi organnya.
Seiring dengan meningkatnya
angka harapan hidup dapat kita perkirakan juga akan adanya peningkatan pada
prevalensi-prevalensi penyakit yang terjadi pada orang tua. Penyakit jantung
pada orang tua merupakan masalah global yang sampai saat ini masih menjadi
salah satu prioritas utama. Hal ini dikarenakan penyakit jantung adalah
merupakan penyebab terbesar mortalitas, morbiditas dan disabilitas pada orang
tua.
B.
Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Terciptanya pengetahuan
mahasiswa mengenai segala hal yang berkaitan dengan konsep Keperawatan Gerontik
tentang Masalah/gangguan Kardiovaskuler pada Lansia.
2. Tujuan Instruksional Khusus
- Mahasiswa mampu mengenali dan menyebutkan berbagai tanda dan macam-macam klasifikasi tentang Masalah/gangguan Kardiovaskuler pada Lansia
- Mahasiswa dapat membuat tindakan perawatan dalam mengatasi atau memecahkan masalah Keperawatan Gerontik tentang Masalah/gangguan Kardiovaskuler pada Lansia
BAB II
PEMBAHASAN
- Masalah Gangguan Kardiovaskuler pada Lansia
1. Disritmia
Insidensi
disritmia atrial dan ventrikuler maningkat pada lansia karena perubahan
struktural dan fungsional pada penuaan. Masalah dipicu oleh disritmia dan tidak
terkoordinasinya jantung sering dimanifestasikan sebagai perubahan perilaku,
palpitasi, sesak nafas, keletihan, dan jatuh.
2. Penyakit Vaskular Perifer
Gejala yang
paling sering adalah rasa terbakar, kram, atau nyeri sangat yang terjadi pada
saat aktivitas fisik dan menghilang pada saat istirahat. Ketika penyakit
semakin berkembang, nyeri tidak lagi dapat hilang dengan istirahat. Jika klien
mempertahankan gaya hidup yang kurang gerak, penyakit ini mungkin telah
berlanjut ketika nyeri pertama muncul. Tanda dan gejala lain yaitu ekstremitas
dingin, perubahan trofik (misalnya kehilangan rambut yang tidak seimbang,
deformitas kuku, atrofi jari-jari dari anggota gerak yang terkena), tidak
terabanya denyut nadi, dan mati rasa.
3. Penyakit Katup Jantung
Manifestasi
klinis dari penyakit katup jantung bervariasi dari fase kompensasi sampai pada
fase pascakompensasi. Selama fase kompensasi tubuh menyesuaikan perubahan pada
struktur dan fungsi katup, menghasilkan sedikit tanda dan gejala yang muncul.
Lnsia dapat turut berperan dalam fase ini melalui peningkatan gaya hidup yang
menghabiskan sebagian besar waktunya dengan kurang gerak yang menempatkan
tuntutan kebutuhan yang lebih kecil pada jantung untuk curah jantungnya.
Bila fase
pascakompensasi dicapai, biasanya mengindikasikan disfungsi yang berat pada
katup yang terpengaruh. Gejalanya bervariasi bergantung pada katup yang
terlibat tetapi secara umum terdiri atas dispnea pada saat beraktivitas, nyeri
dada tipe agina, dan gejala-gejala jantung kanan atau kiri atau keduanya. Murmur
secara khas tedrdengr pada saat auskultasi.
- Perubahan-perubahan kardiovaskuler
1. Perubahan-perubahan yang terjadi pada
Jantung :
a. Pada miokardium terjadi brown atrophy
disertai akumulasi lipofusin (aging pigment) pada serat-serat miokardium.
b. Terdapat fibrosis dan kalsifikasi dari
jaringan fibrosa yang menjadi rangka dari jantung. Selain itu pada katup juga
terjadi kalsifikasi dan perubahan sirkumferens menjadi lebih besar sehingga
katup menebal. Bising jantung (murmur) yang disebabkan dari kekakuan katup sering
ditemukan pada lansia.
c. Terdapat penurunan daya kerja dari nodus
sino-atrial yang merupakan pengatur irama jantung. Sel-sel dari nodus SA juga
akan berkurang sebanyak 50%-75% sejak manusia berusia 50 tahun. Jumlah sel dari
nodus AV tidak berkurang, tapi akan terjadi fibrosis. Sedangkan pada berkas His
juga akan ditemukan kehilangan pada tingkat selular. Perubahan ini akan
mengakibatkan penurunan denyut jantung.
d. Terjadi penebalan dari dinding jantung,
terutama pada ventrikel kiri. Ini menyebabkan jumlah darah yang dapat ditampung menjadi lebih sedikit
walaupun terdapat pembesaran jantung secara keseluruhan. Pengisian darah ke
jantung juga melambat.
e. erjadi iskemia subendokardial dan fibrosis
jaringan interstisial. Hal ini disebabkan karena menurunnya perfusi jaringan
akibat tekanan diastolik menurun.
2. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Pembuluh darah :
a. Hilangnya elastisitas dari aorta dan
arteri-arteri besar lainnya. Ini menyebabkan meningkatnya resistensi ketika
ventrikel kiri memompa sehingga tekanan sistolik dan afterload meningkat.
Keadaan ini akan berakhir dengan yang disebut “Isolated aortic incompetence”.
Selain itu akan terjadi juga penurunan dalam tekanan diastolik.
b. Menurunnya respons jantung terhadap
stimulasi reseptor ß-adrenergik. Selain itu reaksi terhadap perubahan-perubahan
baroreseptor dan kemoreseptor juga menurun. Perubahan respons terhadap
baroreseptor dapat menjelaskan terjadinya Hipotensi Ortostatik pada lansia.
c. Dinding kapiler menebal sehingga
pertukaran nutrisi dan pembuangan melambat.
3. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Darah :
a. Terdapat penurunan dari Total Body Water
sehingga volume darah pun menurun.
b. Jumlah Sel Darah Merah (Hemoglobin dan
Hematokrit) menurun. Juga terjadi penurunan jumlah Leukosit yang sangat penting
untuk menjaga imunitas tubuh. Hal ini menyebabkan resistensi tubuh terhadap
infeksi menurun.
- Penatalaksanaan
- Pencegahan Primer
Studi prevalensi menunjukkan
tingginya insidensi dari faktor resiko untuk penyakit kardiovaskuler di antara
lansia. Peningkatan kerangka penelitian mendukung keefektifan suatu pendekatan
yang agresif untuk mengurangi faktor resiko sebagai suatu mekanisme untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas yang dihubungkan dengan penyakit
kardiovaskuler dalam kelompok usia ini. Peningkatan kualitas hidup telah
ditunjukkan melaui upaya-upaya untuk meningkatkan aktivitas fisik secara
teratur dan mengurangi merokok.
- Merokok
Merokok temabakau mempunyai
efek berbahaya bagi jantung dengan menurunkan kadar HDL, meningkatkan
adhesivitas trombosit dan kadar fibrinogen, mengganti oksigen pada molekul
hemoglobin dengan karbondioksida, meningkatkn konsumsioksigen miokardium, dan
menurunkan ambang batas fibrilasi ventrikel selama infark miokardium. Oleh
karena itu, semua pemberi pelayanan kesehatan harus memberikan pendidikan
tentang aspek membahayakan dari merokok dan keuntungan yang diperoleh dengan
berhenti merokok pada usia berapapun.
- Hiperlipidemia
Kadar kolesterol total
meningkat secara bertahap seiring bertambahnya usia. Bukti peningkatan
tingginya kadar kolesterol LDL dan rendahnya kadar kolesterol HDL adalah
prediktor yang penting untuk penyakit arteri koroner baik pada pria ataupun
wanita yang berusia di atas 65 tahun. Untuk lansia denagn penyakit koroner,
peningkatan kolesterol pada dasarnya meningkatkan resiko terjadinya kembali
infark miokardium atau kematian. Penurunan kadar kolesterol melalui diet rendah
lemak telah terbukti efektif pada lansia. Bagi mereka yang tidak memperoleh
efek yang diinginkan melalui penatalaksanaan diet, terapi obat direkomendasikan.
- Diabetes mellitus dan Obesitas
Pengurangan berat badan sangat
bermanfaat bukan saja untuk diabetes tetapi juga untuk hipertensi dan
hiperlipidemia yang menyertainya. Lansia yang menderita diabetes dan obesitas
perlu didukung dan didorong untuk mengendalikan diabetesnya secara efektif,
untuk mengikuti diet penurunan berat badan secara tepat, atau keduanya untuk
mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler.
- Gaya Hidup Monoton
Pada lansia terjadi penurunan
tonus otot, kehilangan massa otot tak berlemak, yang digntikan dengan jaringan
lemak, dan peningkatan resiko penyakit jantung. Upaya pencegahan primer yang
ditujukan untuk malawan resiko ini harus difokuskan pada perubahan sikap
tentang pentingnya aktivitas fisik secara teratur untuk semua usia dan meningkatkan
kepercayaan bahwa ada program aktivitas yang sesuai untuk semua orang, tanpa
mengabaikan tingkat kebugaran saat ini atau adanya penyakit yang menyertai.
- Hipertensi
Pencegahan primer dari
hipertensi esensial terdiri atas mempertahankan berat badan ideal, dietrendah
garam, pengurangan stress dan latihan aerobik secara teratur. Deteksi dini dan
penatalaksanaan hipertensi yang efektif penting untuk mencegah terjadinya
penyakit jantung hipertensif.
- Kondisi setelah menopouse
Pencegahan penyakit
kardiovaskular pada wanita lansia memfokuskan pada metode sulih estrogen.
Walaupun sulih estrogen efektif dalam membentu mengubah lipid pada wanita
pascamenopouse tetapi teknik ini bukannya tanpa resiko, khususnya resiko kanker
endometrium. Penembahan progesteron dalam regimen estrogen dapat mencegah
konsekuensi keganasan dan nonkeganasan dri estrogen yang tidak dapt dilawan.
- Pencegahan sekunder
- Riwayat dan Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik yang
menunjukkan indikasi adanya masalah sistem kardiovaskular adalah perfusi organ
akhir yang buruk. Lansia dengan perfusi ginjal yang buruk pada keadaan tidak
memiliki penyakit ginjal dapat mengalami penurunan haluaran urin selama lebih
dari 24 jam. Tanda dan gejala tidak adekuatnya perfusi perifer dapat bervariasi
dari kulit yang terasa dingin ketika disentuh, dengan menurunnya pengisian
kapiler, sampai penemuan kronis seperti pingsan atau tidak adanya denyut nadi
perifer, kehilangan rambut pada ekstremitas yang tidak proporsional dan ulkus
yang sulit untuk sembuh. Edeme juga memiliki sumber nonkardiak yang memerlukan
pembedaan untuk lansia. Perbedaan kunci termasuk distribusi cairan yang
terakumulasi dan variasi diurnalnya. Edema yang berasal dari penyakit jantung
merupakan edema yang lembut dan meninggalkan bekas cekungan bila ditekan,
memiliki distribusi yang simetris, dan melibatkan bagian tubuh yang dependent.
Auskultasi
bunyi jantung pada lansia serig sulit karena perubahan emfisema senilis pada
dinding dada. Jika buyi jantung terdengar jauh atau sulit didengar, klien
mungkin diposisikan miring pada sisi kirinya dengan lengan kiri menopang
kepala.
Dalam
pengkajian jantung pada lansia, ”abnormalitas” harus diinterpretasikan dengan
hati-hati. Walaupun merupakan suatu parameter pengkajian yang rutin, pengukuran
tekanan darah secara akurat sangat penting untuk menghindari masalah yang
berhubungan dengan penanganan hipertensi yang tidak perlu. Memberikan perhatian
ketat terhadap detail ukuran manset dan terhadap aktivitas sebelum pengukuran
dan mempertahankan teknik yang konsisten sangat penting untuk memperoleh hasil
yang akurat.
- Pencegahan Tersier
Untuk
menyeimbangkan masalah kardiovaskular kronis dengan gaya hidup memerlukan
pengetahuan tentang bagaimana cara menyeimbangkan suplai energi tubuh dengan
kebutuhan. Penyesuaian mungkin diperlakukan baik pada gaya hidup maupun
lingkungan untuk memastikan bahwa jantung lansia dapat memenuhi kebutuhan darah
yang mengandung oksigen untuk tubuh.
Suatu
program untuk membantu keseimbangan ini dimulai melalui pengkajian personal
klien, faktor risiko yang dapat diubah. Suatu pemahaman tentang kesediaan dan
kemampuan klien untuk mengikuti rencana perawatan yang diberikan akan
mengarahkan tindakan keperawatan. Sebagian lansia berseduia untuk membuat
penyesuaian terhadap gaya hidup mereka ketika mereka telah memahami secara
keseluruhan tentang rekomendasi tersebut dan alasanya. Namun upaya untuk memksa
perubahan gaya hidup secara radikal dan multiple biasanyan hanya menghasilkan
kegagalan. Melibatkan klien dalam menetapkan prioritas untuk perubahan tujuan
jangka pendek dapat mengembangkan saling ketergantungan dan meningkatkan harga
diri klien. Setiap usaha untuk memodifiksi perilaku, tidak peduli sekecil
apapun, harus didukung karena hal tersebut menggambarkan perkembangan kearah
pencapaian tujuan jangka panjang.
Perawat
perlu menerima hak klien untuk memilih dengan tindakan mengubah kebiasaan
tertentu yang telah dilakukan sepanjang hidupnya seperti merokok atau makan
makanan yang tinggi lemak. Perawat memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan
dan mengajarkan isi dengan suatu cara yang dapat dipahami dan diterima oleh
klien. Namun, bila pemahaman telah tercapai prinsip penentuan diri sendiri yang
akan mendorong hak indivisu setiap orang untuk menerima atau menolak hal-hal
yang telah diajarkan tersebut.
Pengetahuan
klien tentang obat-obatan, diet dan rencana latihannya harus dikaji dan
ditambahkan sesuai dengan kebutuhan. Perawat harus meminta klien untuk
menggambarkan kegiatanya pada hari-hari dalam satu minggu tertentu dan akhir
minggu tertentu. Setiapm aspek rencana perawatan harus didiskusikan dalam
rangka memadukan rencana tersebut kedalam rutinitas yang telah dilakukan klien
sehari-hari. Saran yang tidak jelas mengkonsumsi obat tiga kali perhari dengan
makanan dapat kurang memiliki arti atau membingungkan bagi lansia yang hanya
makan satu kali sehari. Selain itu, setiap klien harus memahami tanda dan
gejala kondisi yang memburuk dan memiliki rencana untuk memperoleh bantuan
medis jika diperlukan.
Perawat
harus mengkaji kebutuhan klien untuk membantu AKS dan AKS instrumental. Apakah
bantuan tersedia bagi keluarga, teman atau kelompok masyarakat? Pakah
bentuk-bentuk bagian ini dapat diperoleh oleh klien? Study sebelumnya telah
menunjukan bahwa kuarang teapatnya rencana pemulangan menghasilkan sumber-sumber
yang tidak adekuat untuk mediasi, makanan dan transpotasi, juga kurangnya
pemahaman tentang program pengobatan, hasilnya adalah tingginya tingkat
perawatan. Kembali pada lansia dengan gagal jantung kongesti. Suatu rujukan
pada pelayanan sosial atau lembaga kesehatan rumah mungkin diperlukan untuk
memastikan bahwa klien mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk membantu gaya
hidup yang dapat meningkatkan kesehatan.
Suatu
program rehabilitasi jantung yang terstrukstur biasanya dimulai dengan
aktifitas dini dan progresif segera setalah sistem kardiovaskular stabil.elemen
pendidikan ditawarkan ketika klien menunjukan kesiapan untuk belajar. Program dilanjutkan dengan mengawasi
komponen latihan. Efek sinergis dari berpartisipasi dalam suatu program dengan
orang lain dlam kondisi yang hampir sama dapat mengurangi rasa takut dan
isolasi yang sering menyertai kondisi tersebut. Motivasi untuk membuat
perubahan gaya hidup yang diperlukan adalah suatu tujuan kunci dari
rehabilitasi jantung.
- Penatalaksanaan Keperawatan
- Mengurangi Beban Kerja Jantung
Berbagai upaya keperawatan
dapt turut berperan dalam mengurangi beban krja jantung dan sistem
kardiovaskuler. Menyeimbangkan istirahat dan aktivitas dapat membentu
mempertahankan tonus otot dan penggunaan oksigen secara efisien, yang dapat
menurunkan kebutuhan jaringan terhadap darah yang mengandung oksigen.Untuk
mencapai keseimbangan ini aktivitas harus terjadwal sepanjang hari.
Aplikasi langsung dari
penambahan oksigen juga menurunkan beban kerja jantung dengan meningkatkan
jumlah oksigen yang dibawa oleh molekul hemoglobin. Tindakan-tindakan untuk
menurunkan ansietas membantu menghentikan pelepasan katekolamin yang
bersikulasi yang dapat meningkatkan tuntutan kebutuhan jantung. Dengan
mengurangi sirkulasi volume klien melalui pembatasan cairan atau pembatasan
natrium atau keduanya atau melalui pemberian diuretik, volume darah totl yang
harus dipompa oleh jantung telah berkurang. Tindakan keperawatan dependen untuk
mengurangi beban kerja jantung terdiri dari pemberian agens penghambat β adrenergik untuk menurunkan kebutuhan
oksigen miokardium dan obat-obatan seperti vasodilator untuk mengurangi
resistensi pembuluh darah perifer dari sistem arteri.
- Peningkatan Fungsi
Fungsi jantung yang efektif
memerlukan keseimbangan yang baik antara kontraktilitas serta kecepatan dan
irama yang teratur. Upaya-upaya keperawatan untuk meningkatkan kontraktilitas
termasuk memantau keseimbangan elektrolit dan memberikan suplemen yang
diperlukan, memastikan keadekuatan aliran balik darah vena melalui pemantauan
tekanan darsh dan keseimbangan darah dan keseimbangan cairan secara hati-hati,
dan memberikan obat-obat kardiotonik seperti preparat digitalis.
Tindakan keperawatan yang
kritis untuk populasi ini adalah pengkajian secara hati-hati pada efek samping
atau efek yang lain yang tidak diinginkan dari preparat digitalis. Karena
lansia secara spesifik sangat sensitif terhadp efek toksik dari obat-obatan
ini, mereka memerlukan pengkajian yang berkelanjutan. Ahli genetik sering
memberikan digoksin dosis pedriatik bagi lansia untuk memberikan dosis satu
kali sehari tanpa memicu keracunan. Obat-obat yang mungkin diresepkan bersama
digoksin (misalnya quanidin, verapamil, dan pada tingkatan yang lebih sedikit,
nifidepin) meningkatkan kadar serum digitalis. oleh karena itu, lansia yang
menerima obat-obatan kombinasi tersebut harus sering diobservasi untuk
mengetahui adanya gejala-gejala overdosis.
Kecepatan dari irama jantung
yang teratur sangat penting untuk fungsi yang efektif. Lansia sering memerlukan
agens antidisritmia untuk menstabilkan denyut dan irama jantungnya karena
hilangnya sel-sel pace-maker dalam nodus sinoatrial atau nodus
attrioventrikular. Walaupun obat-obatan ini umumnya diresepkan, kebutuhan klien
akan obat-obatan tersebut harus ditinjau ulang secara teratur karena adanya
efek samping yang terjadi dengan penggunaan dalam waktu yang lama. Selain itu,
penggunaan alat pacu jantingkatkan kemampuan jantung secara keseluruhan pada
lansia yang mengalami sick sinus syndrome atau gejala bradikardia dan meningkatkan
toleransi mereka terhadap aktivitas. Biasanya lansia, beradaptasi dengan baik
terhadap penggunaan alat-alat ini dengan bantuan dan dukungan minimal.
Elemen kuci untuk
pendokumentasian termasuk perkembangan dan resolusi tanda dan gejala dari
gangguan dan respons klien terhadap terapi. Perubahan yang menyertai dalam
mentasi atau peningkatan napas yang pendek selama aktivitas dapat
mengindikasikan efek obat yang tidak diinginkan atau lebih memburuknya kondisi
jantung. Bunyi nafas harus diauskultasi dan dicatat secara teratur.
Keseimbangan cairan selama 24 jam adalah indikator awal dan sensitif terhadap
perubahan status jantung (pada keadaan tidak adanya kegagalan ginjal), dan
karenanya harus dipanta secara teratur, karena hubungan nilai-nilai tersebut terhadap
berfungsinya sistem kardiovaskular secara efktif.
Pendokumentasian respons klien
terhadap aktivitas sangat penting. Denyut jantung dan tekanan darah dicatat
sebelum, selama dan setelah aktivitas. Jumlah aktivitas harus dihitung (yaitu
dalam menit atau jumlah langkah-langkah yang dilakukan) untuk memberikan
kesempatan dalam pengkajian dari kemajuan klien selama beberapa waktu. Selain
itu, persepsi klien terhadap tingkat aktifitas, dari yang ringan sampai yang
paling berat, merupakan ukuran dari beban jantung.
- Diagnosis Keperawatan dan Rencana Keperawatan
- Diagnosa keperawatan utama yang dihubungkan dengan sistem kardiovaskular adalah penurunan jantung.
Hasil yang diharapkan Tindakan keperawatan
- Kecepatan dan irama jantun teratur
- Tanda-tanda vital berada dalam batas normal
- Suara paru bersih
- Pengisian kapiler cepat
- Kesadaran dan orientasi terhadap lingkungan sekitarnya
- Tidak ada edema
- Nilai-nilai laboratorium normal
- Haluaran urin sebanding asupan cairan(dikurangi kehilangan cairan yang tidk dirasakan)
- Tidak ada nyeri dada atau dispnea pada aktifitas minimal
Intervensi
- Kaji secara teratur bukti-bukti untuk mengetahui hasil yang diharapkan
- Seimbangkan istirahat dan aktivitas
- Dukung klien untuk melakukan AKS sesuai kemampuan (bantu klien sesuai kebutuhan)
- Pantau respons terhadap program latihan awal dan lanjutan
- Berikan oksigen tambahan
- (jika diperlukan)
- Kurangi ansietas :Gunakan dengan pendekatan dengan tenang dan meyakinkan, Berikan informasi ketika klien menunjukan kesiapannya, Hilangkan nyeri secepatnya, Gunakan sentuhan dan kontak mata, berikan tindakan-tindakan yang memberikan rasa nyaman
- Pertahankan sirkulasi volume darah yang adekuat dengan cara: atur asupan cairan. Batasi asupan natrium (jika diperlukan), tinggikan kaki dan tungkai bawah ketika duduk, gunakan kaus kaki penekan tirang baring, pastikan asupan nutrisi memadai.
- Resiko cedera berhubungan dengan komplikasi hipertensi
Intervensi
o
Jika
pasien dihospitalisasi cari tahu apakah ia meminum obat antiheprtensi yang
diresepkan
o
Berikan
obat-obatan diuretic dan antihipertensi sesuai program
o
Pantau
TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
o
Berikan
lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah pengunjung.
o
Pertahankan pembatasan
aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi
o
Bantu melakukan
aktivitas perawatan diri
sesuai Kebutuhan
o
Lakukan
tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat
tidur.
o
Anjurkan
tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
o
Kolaborasi
untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
- Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik
Intervensi
o
Kaji
kemampuan klien untuk melakukan kebutuhan perawatan diri
o
Beri
pasien waktu untuk mengerjakan tugas
o
Bantu
pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
o
Berikan
umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan klien / atas
keberhasilannya
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplay dan demand oksigen
Intervensi
o
Catat frekuensi
jantung, irama dan
perubahan TD sebelum dan sesudah
aktifitas
o
Tingkatkan
istirahat dan batasi aktifitas
o
Anjurkan
menghindari peningkatan tekanan abdomen
o
Pertahankan klien tirah baring
o
Evaluasi tanda vital saat aktifitas
o
Pertahankan
penambahan O2 sesuai pesanan
o
Selama
aktifitas kaji EKG, dispnoe, sianosis, frekuensi dan pola nafas.
o
Rujuk
program rehabilitasi jantung
5. Risiko
kambuh berhubungan dengan
ketidaktahuan mengenai perawatan
gagal jantung
Intervensi
o
Diskusikan
mengenai fungsi normal jantung.
o
Jelaskan
manfaat diet rendah garam, rendah lemak dan mempertahankan berat yang ideal.
o
Jelaskan
kepada klien dan keluarga mengenai factor-faktor yang dapat meningkatkan risiko
kambuh.
o
Jelaskan
untuk memeriksa diri bila ada tanda-tanda kambuh.
o
Menyarankan kepada
keluarga untuk memanfaatkan sarana kesehatan dim masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan dan Saran
Pengatur irama inheren jantung
oleh simpul SA ternyata menurun dengan naiknya umur.Denyut jantung maksimum
pada latihan (exercise) ternyata menurun dengan naiknya usia ini.Isi semenit
jantung (cardiac output) juga menurun dengan bertambahnya umur.Ini disebabkan
sebagian karena menurunnya isi sekuncup meskipun orang usia lanjut biasanya
secara fungsional berusaha memperbaiki isi semenitnya dengan jalan menambah frekuensi
denyut jantung.Daya cadangan jantung pada usia lanjut menurun.Malahan Pietro
menyatakan bahwa isi semenit menurun rata-rata 1% setahunnya sesudah usia
pertengahan.Aritmia berupa ekstra systole dikatakan pada lebih dari 10%
penderita-penderita usia lanjut yang diperiksa EKG-nya secara rutin.Aritmia
ringan semacam ini biasanya tidak memerlukan pengobatan khusus.Fungsi sistolik
tidak berkurang dengan peninggian usia.Subyek lanjut usia menunjukan
pengurangan peninggian fraksi ejeksi disbanding subyek muda pada latihan.Pada
latihan,cardiac output dipertahankan dengan penambahan LVEDP (left ventricular
end-diastolik pressure) sedangkan peninggian frekuensi jantung berkurang.
Kelainan fungsi diastolic
berupa gangguan relaksasi di sebabkan pengurangan compliance jantung pada
permulaan diastole.Pada umur diantara 20-80 tahun terjadi pengurangan 5%
pengisian ventrikel pada permulaan diastole (Gerstenblith dkk,1977).Meskipun
kecepatan pengisian pada permulaan diastole mengurang ,volume akhir diastolic
tidak menurun dengan penambahan usia.Peninggian pengisian pada akhir diastole
disebabkan penambahan kontraksi atrium.Dengan adanaya penambahan massa LV
(ventrikel kiri) dan pengurangan compliance maka perubahan jantung pada usia
lanjut menyerupai kelainan jantung pada hipertensi.
Daftar Pustaka
Sri Kuntjoro, Zainuddin. 2002. Masalah Kesehatan Jiwa Lansia.
http://www.e-psikologi.com/usia/160402.htm#empat Diakses tanggal 18 Maret 2008.
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar
Keperawatan Gerontik. Jakarta:
EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar