LANDASAN
TEORI
I. PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN ANAK
A. PENGERTIAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Anak memiliki suatu ciri yang
khas yaitu selalu tumbuh Dan berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa
remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa. Anak bukan tievsasa kecil.
Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan
usianya.
Pertumbuhan adalah
bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan,
sehingga dapat diukur dengan satuan panjang Dan berat. Perkembangan adalah
bertambahnya struktur Dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan
gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
Pertumbuhan terjadi secara
simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan
merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang
dipengaruhi nya, misalnya perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara,
emosi Dan sosialisasi. Ke semua fungsi tersebut berperan penting dalam
kehidupan manusia yang utuh.
Perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan (skill) dalam strukrur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,sebagai hasil dari proses
pematangan.
Proses pematangan:proses
diferensiasi dari sel sel tubuh,jaringan tubuh,organ organ dan sistem organ
yang berkembang termasuk juga perkembangan emosi,intelektual dan tingkah laku
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan.
B. CIRI – CIRI DAN PRINSIP TUMBUH KEMBANG
ANAK
Proses tumbuh kembang anak
mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah
sebagai berikut :
1)
Perkembangan menimbulkan perubahan.
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan.
Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan
intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak Dan serabut
saraf.
2)
Pertumbuhan
dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya.
Setiap anak
tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan
sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia
bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan
bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu
perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan
selanjutnya.
3)
Pertumbuhan
dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana
pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam
pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ Dan perkembangan pada
masing-masing anak.
4)
Perkembangan
berkorelasi dengan pertumbuhan.
Pada saat
pertumbuhan berlangsung dapat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan
mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat akan bertambah
umur, bertambah berat dan tinggi ' badannya serta bertambah kepandaiannya.
5)
Perkembangan
mempunyai pola yang tetap.
Perkembangan
fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu:
·
Perkembangan
terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kedua anggota
tubuh (pola sefalokaudal).
·
Perkembangan
terjadi lebih dahulu di daerah p- 6'f\-simal (gerak kasar) lalu
·
berkembang
ke bagian distal seperti jai-jai yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola
proksimodistal).
6) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
Tahap
perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan.
Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu
mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri
sebelum berjalan dan sebagainya. Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai
prinsip-prinsip yang saling berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai
berikut :
§ Perkembangan merupakan hasil proses
kematangan dan belajar.
§ Kematangan merupakan proses intrinsik yang
terjadi dengan sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada pada individu.
Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latihan Dan usaha. Melalui
belajar, anak memperoleh, kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan
potensi yang dimiliki anak.
§
Pola perkembangan dapat diramalkan.
§ Terdapat
persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan .demikian perkembangan seorang anak dapat
diramalkan. Perkembangan berlangsung
dari tahapan umum ke tahapan spesifik, Dan terjadi berkesinambungan.
C. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS
TUMBUH KEMBANG ANAK
Pada
umumnya anak memiliki pola pertumbuhan Dan perkembangan normal yang merupakan
hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:
1.
Faktor dalam ( internal ) yang berpengaruh pada
tumbuh kembang anak
·
Ras/etnik
atau bangsa Ras Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki
faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
·
Keluarga.
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk
atau kurus.
·
Umur.
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertarna
kehidupan Dan masa remaja.
·
Jenis
kelamin. Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada
laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki
akan lebih cepat.
·
Genetik.
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan
menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada
tumbuh kembang anak seperti kerdil.
·
Kelainan
kromosom. Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan
seperti: pada sindroma Down's dan sindroma Turner's.
2.
Faktor luar ( eksternal )
a.
Faktor Prenatal
1. Gizi :
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi
pertumbuhan, janin.
2. Mekanis :
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti Dub
foot
3. Toksin/zat kimia : Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin, Thalidomid
dapat menyebabk kelainan kongenital seperti palatoskisis.
4. Endokrin :Diabetes
melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hiperpla adrenal.
5. Radiasi :Paparan
radium Dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan
kelainan pada jantung seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi
mental dan deformitas anggota ger kelainan kongential mata, kelainan jantung.
6. Infeksi :Infeksi
pada trimester pertama Dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo
virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin: katarak, bisu
tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung kongenital.
7. Kelainan imunologi : Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan
darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah
merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan
akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia
dan Kern icterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
8. Anoksia embrio : Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan
fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu.
9. Psikologi ibu : Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan
salah/kekerasan mental pada hamil dan lain-lain.
b.
Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada
bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
c.
Faktor Postnatal
a.
Gizi : Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat
makanan yang adekuat.
b. Penyakit
kronis/ kelainan kongenital..
c. Lingkungan
fisis dan kimia : Lingkungan sering
disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup yang be'i sebagai penyedia
kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan kurang baik, kurangnya
sinar matahari, paparan sinar radioaktif, za: tertentu (Pb, Mercuri, rokok,
dll) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
d.
Psikologis : Hubungan anak dengan orang sekitarnya.
Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu
merasa tertekan, akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
e.
Endokrin : Gangguan hormon, misalnya pada
penyakit hipotiroid akan menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
f.
Sosio-ekonomi :Kemiskinan selalu berkaitan dengan
kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan Ketidaktahuan, akan
menghambat pertumbuhan anak.
g.
Lingkungan
pengasuhan : Pada lingkungan
pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
h.
Stimulasi : Perkembangan memerlukan
rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan,
sosialisasi anak, keterlibatan ibu Dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan
anak.
i.
Obat-obatan : Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan
menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang
terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon
pertumbuhan.
D. ASPEK – ASPEK PERKEMBANGAN YANG DIPANTAU
1. Gerak kasar atau motorik kasar adalah
aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan Dan sikap
tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
2. Gerak halus atau motorik halus adalah
aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu Dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi
memerlukan koordinasi yang certnat seperti mengamati sesuatu, menjimpit,
menulis, dan sebagainya.
3. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek
yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
4. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek
yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan
mainan selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, ber sosialisasi Dan
berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.
E. PERIODE TUMBUH KEMBANG ANAK
Tumbuh-Kembang
anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan berkesinambungan yang
dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.Tumbuh kembang anak terbagi dalam beberapa
periode. Berdasarkan beberapa kepustakaan, maka periode tumbuh kembang anak
adalah sebagai berikut:
1.
Masa
prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan). Masa ini
dibagi menjadi 3 periode, yaitu :
·
mudigah
sejak saat konsepsi samnai umur kehamilan 2 minggu.
· Masa embrio, sejak umur kehamilan 2
minggu sampai 8/12 minggu. Ovum yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi
suatu organisme, terjadi diferensiasi yang berlangsung dengan cepat, terbentuk
sistem organ dalam tubuh.
·
Masa
janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir kehamilan. Masa
ini terdiri dari 2 periode yaitu:
ü
Masa fetus dini yaitu sejak urnur kehamilan 9
minggu sampai trimester ke2 kehidupan intra uterin. Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad
manusia sempurna. Afat tubuh telah terbentuk serta mulai berfungsi.
ü Masa
fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini pertumbuhan
berlangsung pesat disertai perkembangan fungsi-fungsi. Terjadi transfer
Imunoglobin G(Ig G) dari darah ibu melalui plasenta. Akumulasi asam lemak esensial seri Omega 3 (Docosa
Hexanic Acid) dan Omega 6 (Arachidonic Acid) pada otak dan retina.
Periode
yang paling penting dalam masa prenatal adalah trimester pertama kehamilan.
Pada periode ini pertumbuhan otak janin sangat peka terhadap pengaruh
lingkungan janin. Gizi kurang pada ibu hamil, infeksi, merokok dan asap rokok,
minuman ber alkohol, obat-obat, bahan-bahan toksik, pola asuh, depresi berat,
faktor psikologis seperti kekerasan terhadap ibu hamil, dapat menimbulkan
pengaruh buruk bagi pertumbuhan janin dan kehamilan. Pada setiap ibu hamil, dianjurkan
untuk selalu memperhatikan gerakan janin setelah kehamilan 5 bulan.
Agar janin
dalam kandungan tumbuh dan berkembang menjadi anak sehat, maka selama masa
intra uterin, seorang ibu diharapkan :
a.
Menjaga kesehatannya dengan baik.
b.
Selalu berada dalam lingkungan yang menyenangkan.
c. Mendapat nutrisi yang sehat untuk janin
yang dikandungnya.
d. Memeriksa kesehatannya secara teratur ke
sarana kesehatan.
e. Memberi stimulasi dini terhadap janin.
f. Tidak mengalami kekurangan kasih sayang
dari suami dan keluarganya.
g. Menghindari stres baik fisik maupun
psikis.
h. Tidak bekerja berat yang dapat
membahayakan kondisi kehamilannya.
2. Masa bayi (infancy) umur 0 sampai 11
bulan. Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu :
a.
Masa
neonatal, umur 0 sampai 28 hari. Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap
lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah, serta• mulainya berfungsi
organ-organ. Masa neonatal dibagi menjadi 2 periode:
-
Masa
neonatal dini, umur 0 - 7 hari.
-
Masa neonatal lanjut, umur 8 - 28 hari.
b.
Masa pasca neonatal : 29 hari – 1 tahun
Hal yang
paling penting agar bayi lahir tumbuh dan berkembang menjadi anak sehat adalah:
§
Bayi
lahir ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, di sarana kesehatan yang
memadai.
§
Untuk
mengantisipasi risiko buruk pada bayi saat dilahirkan, jangan terlambat pergi
ke sarana kesehatan bila dirasakan sudah saatnya untuk melahirkan.
§
Saat
melahirkan sebaiknya didampingi oleh keluarga yang dapat menenangkan perasaan
ibu.
§ Sambutlah kelahiran
anak dengan perasaan penuh suka cita dan penuh rasa syukur. Lingkungan yang
seperti ini sangat membantu jiwa ibu dan bayi yang dilahirkannya.
§ Berikan ASI sesegera
mungkin. Perhatikan refleks menghisap diperhatikan oleh karena berhubungan
dengan masalah pemberian ASI.
§ Masa post (pasca)
neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan. , Pada masa ini terjadi pertumbuhan
yang pesat clan proses pematangan berlangsung secara terus menerus terutama
meningkatnya fungsi sistem saraf. Seorang bayi sangat bergantung pada orang tua
dan keluarga sebagai unit pertama yang dikenalnya. Beruntunglah bayi yang
mempunyai orang tua yang hidup rukun, bahagia dan memberikan yang terbaik untuk
anak. Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI
eksklusif selama 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada makanan pendamping ASI sesuai
umurnya, diberikan imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola asuh yang sesuai.
§
Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu clan
anak terjalin, sehingga dalam masa ini, pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat
besar. Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 92-59 bulan). Pada masa
ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam
perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi ekskresi.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan
dasar yang berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi clan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama
kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan
terjadi pertumbuhan serabut serabut syaraf clan cabang-cabangnya, sehingga
terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan
hubungan antar sel syaraf ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak,
mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf, hingga ber sosialisasi. Pada masa balita,
perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial,
emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak
juga dibentuk pada masa ini, sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil
apapun apabila tidak dideteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan
mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari.
3. Masa anak prasekolah (anak umur 60-72 bulan).
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi perkembangan
dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya ketrampilan dan proses
berfikir. Memasuki masa prasekolah, anak mulai menunjukkan keinginannya,
seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini, selain
lingkungan di dalam rumah maka lingkungan di luar rumah mulai diperkenalkan.
Anak mulai senang bermain di luar rumah. Anak mulai berteman, bahkan banyak
keluarga yang menghabiskan sebagian besar waktu anak bermain di luar rumah
dengan cara membawa anak ke taman-taman bermain, taman-taman kota, atau ke
tempat-tempat yang menyediakan fasilitas permainan untuk anak. Sepatutnya
lingkungan tersebut menciptakan suasana bermain yang bersahabat untuk anak
(child friendly environment). Semakin banyak taman kota atau taman bermain
dibangun untuk anak, semakin baik untuk menunjang kebutuhan anak. Pada masa ini
anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan sistim reseptor
penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak mampu
belajar dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses belajar pada masa ini
adalah dengan cara bermain. Orang tua dan keluarga diharapkan dapat memantau
pertumbuhan dan perkembangan anaknya, agar dapat dilakukan intervensi dini bila
anak mengalami kelainan atau gangguan.
F. TAHAPAN PERTUMBUHAN ANAK
1.
Berat badan
·
Pada bayi cukup bulan, BB lahir akan kembali pada
hari ke – 10
·
Perkiraan kenaikan BB anak :
-
Umur 5 bulan :
2 kali BB lahir
-
Umur 1 tahun :
3 kali BB lahir
-
Umur 2 tahun :
4 kali BB lahir
-
Masa pra sekolah :
Rata – rata 2 kg / tahun
-
Pre – adolescent growt spurt : 3 – 3,5 kg / tahun
2.
Tinggi badan
§
Tinggi badan rata – rata pada waktu lahir adalah 50
cm
§
Secara garis besar TB anak dapat diperkiraan sbb :
-
Umur 1 tahun : 1,5 kali TB lahir
-
Umur 4 tahun : 2 kali TB lahir
-
Umur 6 tahun : 1,5 kali TB setahun
-
Umur 13 tahun :
3 kali TB lahir
-
Dewasa :
3,5 kali TB lahir ( 2 kali TB 2 tahun )
3.
Lingkar Kepala ( LIKA )
Ukuran rata – rata Lingkar Kepala :
§ Waktu lahir : 34 cm
§ Umur 6 bulan : 44 cm
§ Umur 1 tahun : 47 cm
§ Umur 2 tahun : 49 cm
§ Dewasa : 54 cm
4.
Lingkar Lengan Atas ( LILA )
Lila
dapat dipakai untuk menilai keadaan gizi / tumbuh kembang, laju tumbuhnya
lambat yaitu :
§ Baru lahir :
11 cm
§ Umur 1 tahun : 16 cm
§ 1 – 3 tahun tidak
banyak perubahan.
5.
Gigi
§ Gigi pertam
tumbuh pada umur 5 – 6 bulan
§
Pada umur 1 tahun sebagian besar anak
mempunyai 6 – 8 gigi susu, tahun kedua tumbuh lagi 8 biji sehinnga jumlahnya 14
– 16 gigi dan pada umur 2½ tahun sudah terdapat 20 gigi susu
§
Waktu erupsi gigi tetap adalah :
- Molar pertama : 6 – 7 bulan
- Insisor : 7 – 9 bulan
- Premolar : 9 -11 bulan
- Kanius : 19 – 12 bulan
- Molar kedua : 12 – 16 tahun
- Molar ketiga : 17 – 25 tahun
GANGGUAN
MOTORIK KASAR
Motorik kasar adalah gerakkan tubuh yang menggunakan
sebagian besar otot-otot besar atau seluruh anggota tubuh dipengaruhi
kematangan anak itu sendiri.
Motorik
kasar merupakan area terbesar perkembangan di usia balita. Diawali dengan
kemampuan berjalan, lantas lari, lompat dan lempar. Nah,modal dasar untuk
perkembangan ini ada 3 ( yang berkaitan dengan sensori utama), yaitu
keseimbangan, rasa sendi (Propioceptif)
dan raba (taktil). Untuk melatihnya yang jelas lakukan sedini mungkin
saat semua perkembangan sensorinya
terpenuhi. Berkaitan dengan ini, orang tua harus bijak melihat kesiapan anak.
Misal, anak 12 bulan yang sudah bisa berjalan bisa di stimulasi untuk
perkembangan berikutnya yaitu lari, lompat, dan lempar. Sebaliknya bila fase
berjalan belum dilalui anak dengan baik, tentu tahapan perkembangan
berikutnyapun belum bisa diajarkan. Lantaran itulah, penting untuk kita
mengetahui tahap-tahap perkembangan usia anak. Cara ini juga memungkinkan kita
mendeteksi gangguan yang siapa tahu dialami si kecil.
Stimulasi
dilakukan sambil bermain, misalnya mengajak anak berlari berkeliling meja makan
sambil berpura-pura manjadi kucing yang dikejar anjing kecil. Begitu pula
ketika mau mandi, ajak anak berlari maupun lompat-lompat kearah kamar mandi.
Kemidian minta dia membuka kancing bajunya, dan menaruh baju kotornya dengan
melemparnya kearah keranjang cucian. Kegiatan-kegiatan itu saja sudah
menstimulasi beberapa motorik kasar si kecil.
TAHAPAN PERKEMBANGAN
MOTORIK MENURUT UMUR
1. Umur 0 – 3 bulan
-
Mengangkat kepala setinggi 90 °
-
Kepala terangkat
-
Telungkup kepala terangkat sebentar
-
Menggerakkan
kepala dari kiri/kanan ke tengah.
-
Terlentang,
gerakan seimbang
2. Umur 4 – 7 bulan
-
Duduk
tanpa ditopang
-
Bangkit
duduk kepala tegak
-
Membalikkan
badan
-
Dada
terangkat bertumpu pada lengan
-
Berdiri
bertumpu beban pada kaki
3. Umur 8 -11 bulan
-
Berdiri
2 detik
-
Bangun
duduk sendiri
-
Bangkit
sendiri untuk berdiri
-
Berdiri
dengan pegangan
4. Umur 12 – 15 bulan
-
Berjalan
dengan baik
-
Membungkuk
dan berdiri kembali
-
Berdiri
sendiri
5. Umur 16 – 19 bulan
-
Menaiki tangga
-
Berjalan Berlari
-
mundur
6.
Umur 20 – 24 bulan
-
Melempar bola diatas bahu
-
Melompat
-
Menendang bola kedepan
7.
Umur 2 tahun – 3 tahun
-
Berdiri pada 1 kaki 2 detik
-
Berdiri 1 kaki 1 detik
-
Melompat dengan 1 kaki
8.
Umur 4 tahun – 5 tahun
-
Berdiri pada 1 kaki
-
Berjalan lurus dengan tumit didepan
-
Berdiri pada 1 kaki 5 detik
9.
Umur 6 tahun
-
Semua kemampuan motorik kasar dibawah umur 6 tahun
dapat dilakukan.
Aktivitas
motorik
|
Umur rata-rata
|
Kisaran umur
|
Tengkurap , mengangkat
leher
|
1 bulan
|
0 - 3 bulan
|
Mampu mengangkat kepala
|
2 bulan
|
1 - 4 bulan
|
Berguling dari telentang ke telungkup
|
4 bulan
|
3 - 6 bulan
|
Kembali telentang
setelah telungkup
|
5 bulan
|
4 - 7 bulan
|
Duduk dibantu
(didudukkan)
|
5 bulan
|
4 - 7 bulan
|
Duduk sendiri
|
6 bulan
|
5 - 9 bulan
|
Merangkak pada perut
|
7 bulan
|
5 - 10 bulan
|
Merangkak dengan tangan dan kaki
|
8 bulan
|
6 - 11 bulan
|
Mampu berdiri dengan bantuan (diberdirikan)
|
9 bulan
|
6 - 12 bulan
|
Titah (berjalan dengan
dipandu)
|
11 bulan
|
9 - 14 bulan
|
Berjalan (sendiri)
|
12 bulan
|
9 - 17 bulan
|
Lari
|
15 bulan
|
13 - 20 bulan
|
Melompat (pada dua
kaki)
|
24 bulan
|
17 - 34 bulan
|
Menendang bola
|
24 bulan
|
18 - 30 bulan
|
Naik tangga
|
30 bulan
|
28 - 36 bulan
|
Naik sepeda roda tiga
|
36 bulan
|
30 - 48 bulan
|
A.
PENGERTIAN
Gangguan motorik
kasar adalah suatu kelainan gerakan yang tidak progresif oleh karena adanya
suatu kerusakan atau gangguan pada sel motorik pada susunan saraf pusat yang
telah timbul, tumbuh atau masa pertumbuhannya belum selesai.
B.
ETIOLOGI
Gangguan motorik
kasar dapat disebabkan oleh beberapa hal yang terjadi selama masa kehamilan,
penyebab tersebut dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1.
Masa prenatal
§
Infeksi intra uterin
§
Radiasi
§
Asfiksia intra uterin ( ablasio plasenta,
plasenta previa, anoxia maternal, kelainan umbilicus ibu dan hypertensi )
2.
Masa natal
§ Anoksia
§ Hypoksia
§ Perdarahan
otak
§ Prematuritas
§ Hyperbilirubinemia
§ Gamelli
3.
Post natal
§
Trauma kepala
§
Meningitis
§
Encephalitis
§
Luka perut pada kepala
C.
GEJALA
KLINIS
1.
Masa Neonatus
§ Masa
depresi/asimetris dan reflek primitive
§ Reaksi
yang berlebihan dari stimulus
§ Kejang
§ Gejala
neurologik local
2.
Masa umur < 2 tahun
§
Keterlambatan perkembangan motorik seperti
duduk, berdiri atau jalan
§
Terdapat gerakan non volunteer
§
Terdapat paraksis spastic
§
Terdapat reflek primitive
§
Keterlambatan timbulnya reflek-reflek yang lebih
tinggi seperti reflek pada umur > 10 tahun
3.
Anak yang lebih besar
§ Disfungsi
dari tangan
§ Gangguan
cara berjalan
§ Retardasi
mental, gangguan bicara, mendengar, melihat.
§ Kejang-kejang
D.
KLASIFIKASI
1. TIPE SPASTIK
a. Umur 3 Bulan
Pertama
o
Pada usia neonatal (perhatikan gerakan bayi yang
spesifik terhadap gerakan yang terbatas, sedangkan yang spesifik keadaan plegia
tanpa anggota, bahwa dalam keadaan ekstensi lengan terletak kaku didekat badan,
pada anak hemiplegia satu tangannya tersebut tidak dekat dengan tangannya dengan gerakan asmetris.
o
Amati bentuk kepala, ekspresi, perhatikan
tanda-tanda disekelilingnya, ukur lika, bila hasil pengukurannya kecil ada
hubunganya dengan retardasi mental dan bila hasilnya besar : hidrocehalus.
o
Anak diangkat pada posisi tengkurap dengan
memegang bagian lengan, tampak adanya bagian ekstensi pada kedua kaki
bersilangan.
o
Angkat anak pada posisi terlentang maka kepala
anak akan tampak terkulai, tangan dan kaki tergantung bebas dan adanya fleksi
pada siku/lutut, kemudian tubuh anak dengan posisi duduk, maka akan tampak
leher terkulai.
b. Umur 4-8
bulan
o
Keraktas
dan asmetria gerakan anak, berikan anak kubus mainan perhatikan adanya kekakuan
saat anak tersebut memegang kubus tersebut.
o
Angkat anak dengan memegang pada setinggi dada
dibawah lengan maka kaki akan tampak ekstensi.
E.
PENILAIAN
PERKEMBANGAN
1.
Lahir < 3 bulan
Belajar
mengangkat kepala, mengikuti objek dengan mata. Melihat kemuka orang yang
tersenyum, bereaksi terhadap suara/ bunyi dan benda yang dipegang, mengoceh.
2.
Usia 3-6 bulan
Mengangkat
kepala 90o dan mengangkat kepala dengan bantuan topangan tangannya,
mulai belajar meraih benda-benda dari mulutnya berusaha memperluas lapang dada,
tertawa dengan menyengir.
3.
Usia 6-9 bulan
Dapat duduk
tanpa dibantu, tengkurap dan berbalik sendiri, dapat merangkak meraih benda,
memindahkan benda dari tangan yang satu ke tangan yang lainnya, mengeluarkan
kata-kata tanpa arti.
4.
Usia 9-12 bulan
Dapat berdiri sendiri sendiri, menurunkan sesuatu,
belajar mengeluarkan kata-kata,mengerti ajakan sederhana dan larangan,
berpartisipasi dalam permainan.
5.
Usia 12-18 bulan
Belajar dan
mengeksplorasi, ramah dengan sekelilingnya menyusun 2-3 kata, dapat mengatakan
3-10 kata, memperhatikan rasa cemburu, bersaing.
6.
Usia 18-24 bulan
Naik turun
tangga, menyusun 6 kotak, menunjuk mata dan hidung, menyusun 2 kata, belajar
makan sendiri, menggambar garis, mulai mengontrol BAB dan BAK, memperhatikan
minat kepada anak lain, bermain-main dengan mereka.
7.
Usia 2-3 tahun
Belajar
melompat, memanjat, buat lembaran dengan 3 kotak mampu menyusun 3 kalimat
dengan menggunakan kata saya, bertanya, mengerti yang ditujukan kepadanya
menggambar lingkaran.
8.
Usia 3-4 tahun
Belajar sendiri,
belajar berpakaian, menggambar, bicara dengan baik, menyebut namanya, mengenali
warna, menyayangi saudara.
9.
Usia 4-5 tahun
Melompat,
menari, menggambar orang, dapat menghitung hari dalam seminggu, memprotes bila
dilarang.
F.
PEMERIKSAAN
o Pemeriksaan
mata dan pendengaran
o Pemeriksaan
CSP
o Pemeriksaan
antibody scum terhadap Rekdositomega Virus.
o Toksoplasma,
herpes simpleks
o Foto
kepala, CT scan atau MRI
o EEG,
EMG, dan Evoked Rotensial
G.
TERAPI
- Terapi dengan obat-obatan diberikan sesuai kebutuhan
- Terapi melalui pembedahan ortopedi
- Fisiotherapi
- Ortotik
- Terapi bicara
II. FOCUS ASSESMENT
- Pengkajian
Hal-hal yang perlu
dikaji
A. Identitas
klien
B. Riwayat
penyakit
C. Riwayat
imunisasi
D. Riwayat
kehamilan dan kelahiran
o
Prenatal
o
Natal
o
Post natal
E. Riwayat
tumbuh kembang
- Pertumbuhan
ü Kaji Berat Badan Lahir dan Berat Badan
saat kunjungan,
BB normal (1-3 tahun ) : 2 A x B ( R
– thn )
BB normal ( 6-12
tahun) : Umur (thn) x 7 – 9 : 2
ü Kaji Panjang Badan Lahir dan Panjang Badan
saat kunjungan
TB : 64 x 77 R : usia dalam tahun
ü Lila dan lika saat lahir dan saat
kunjungan
- Perkembangan
1.
Motorik halus
2.
Motorik kasar
3.
Bahasa
4.
Perkembangan bermain
5.
Perkembangan psikososial
6.
Fase konseptual
7.
Psikososial
8.
Perkembangan moral
9.
Lingkungan
2.
PEMERIKSAAN FISIK
§ Keadaan
umum
§ Keadaan
kesadaran
§ Head
to toe
IKTERUS
A.
Definisi
1.
Ikterus
Adalah perubahan warna kuning pada kulit, membrane mukosa, sclera dan org
lain yang disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin di dalam darah dan
ikterus sinonim dengan jaundice.
2.
Ikterus
Fisiologis
Ikterus fisiologfis menurut Tarigan (2003) dan Callhon (1996) dalam
Schwats (2005)adalah ikterus yang memiliki karakteristik sbb:
· Timbul
pada hari kedua – ketiga
· Kadar
bilirubin indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg % pada neonatus cukup
bulan dan 10 mg % per hari pada kurang bulan
· Kecepatan
peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg % perhari
·
Kadar
bilirubin direk kurang dari 1 mg %
· Ikterus
hilang pada 10 hari pertama
· Tidak
mempunyai dasar patologis
3.
Ikterus
patologis/ hiperbilirubinemia
Ikterus patologis/ hiperbilirubinemia
adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi bilirubin dalam darah mencapai
nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus kalau tidak
ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang
patologis. Ikterus yang kemungkinan menjadi patologis atau hiperbilirubinemia
dengan karakteristik sebagai berikut :
1. Menurut Surasmi (2003) bila :
·
Ikterus
terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran
·
Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg % atau
> setiap 24 jam
·
Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg % pada
neonatus < bulan dan 12,5 % pada neonatus cukup bulan
·
Ikterus disertai proses hemolisis
(inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G6PD dan sepsis)
·
Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa
gestasi < 36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan,
infeksi, hipoglikemia, hiperkapnia, hiperosmolalitas darah.
2. Menurut tarigan (2003), adalah :
Suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam
darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern
ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan
keadaan yang patologis. Brown menetapkan hiperbilirubinemia bila kadar
bilirubin mencapai 12 mg % pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi yang kurang
bulan. Utelly menetapkan 10 mg % dan 15 mg %.
4.
Kern
ikterus
Adalah suatu kerusakan
otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak. Kern ikterus adalah
ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada neonatus cukup bulan dengan
ikterus berat (bilirubin lebih dari 20 mg %) dan disertai penyakit hemolitik
berat dan pada autopsy ditemukan bercak bilirubin pada otak. Kern ikterus
secara klinis berbentuk kelainan syaraf spatis yang terjadi secara kronik.
B.
Jenis Bilirubin
Menurut
Klous dan Fanaraft (1998) bilirubin dibedakan menjad dua jenis yaitu:
1. Bilirubin tidak terkonjugasi atau
bilirubin indirek atau bilirubin bebas yaitu bilirubin tidak larut dalam air,
berikatan dengan albumin untuk transport dan komponen bebas larut dalam lemak
serta bersifat toksik untuk otak karena bisa melewati sawar darah otak.
2. bilirubin terkonjugasi atau
bilirubin direk atau bilirubin terikat yaitu bilirubin larut dalam air dan
tidak toksik untuk otak.
C.
ETIOLOGI
Etiologi
hiperbilirubin antara lain :
1. Peningkatan
produksi
- Hemolisis,
misalnya pada inkompalibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian
golongan darah dan anak pada penggolongan rhesus dan ABO.
-
Perdarahan
tertutup misalnya pada trauma kelahiran
-
Ikatan
bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolic yang terdapat
pada bayi hipoksia atau asidosis
-
Defisiensi
G6PD (Glukosa 6 Phostat Dehidrogenase)
-
Breast
milk jaundice yang disebabkan oleh kekurangannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta),
diol (steroid)
-
Kurangnya
enzim glukoronil transferase, sehingga kadar bilirubin indirek meningkat
misalnya pada BBLR
- Kelainan
congenital
2. Gangguan
transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya hipoalbuminemia
atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya sulfadiazine.
3. Gangguan
fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin yang dapat
langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi, toksoplasmasiss,
syphilis.
4. Gangguan
ekskresi yang terjadi intra atau ektra hepatic.
5. Peningkatan
sirkulasi enterohepatik, misalnya pada ileus obstruktif.
D.
PATOFISIOLOGI
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat
terjadi pada beberapa keadaan. Keadaan yang sering ditemukan adalah apabila
terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini
dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia.
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga
dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi
apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis.
Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila
ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan
ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin ini akan
bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan ada
bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam
lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila
bilirubin tadi dapat menembus darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak
disebut Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada syaraf pusat
tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20
mg/dl.
Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati
darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin
indirek akan mudak melewati darah otak apabila bayi terdapat keadaan Berat
Badan Lahir Rendah, hipoksia, dan hipolikemia.
E.
TANDA DAN GEJALA
Menurut
Surasmi (2003) gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi :
1. Gejala
akut : gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada neonatus adalah letargi, tidak mau minum
dan hipotoni.
2. Gejala
kronik : tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi hipertonus dan
opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis
serebral dengan atetosis, gengguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata
dan displasia dentalis).
Sedangkan menurut
Handoko (2003) gejalanya adalah warna kuning (ikterik) pada kulit, membrane
mukosa dan bagian putih (sclera) mata terlihat saat kadar bilirubin darah
mencapai sekitar 40 µmol/l.
F.
KOMPLIKASI
Terjadi kern ikterus yaitu keruskan otak
akibat perlangketan bilirubin indirek pada otak. Pada kern ikterus gejala
klinik pada permulaan tidak jelas antara lain : bayi tidak mau menghisap,
letargi, mata berputar-putar, gerakan tidak menentu (involuntary movements),
kejang tonus otot meninggi, leher kaku, dn akhirnya opistotonus.
G.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bila tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang sebagai berikut:
·
Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat
kehamilan dan bayi pada saat kelahiran
·
Bila ibu mempunyai golongan darah O dianjurkan
untuk menyimpan darah tali pusat pada setiap persalinan untuk pemeriksaan
lanjutan yang dibutuhkan.
·
Kadar
bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan ikterus pada 24 jam pertama
kelahiran.
H.
PENILAIAN IKTERUS MENURUT KRAMER
Ikterus dimulai dari kepala, leher dan
seterusnya. Dan membagi tubuh bayi baru lahir dalam lima bagian bawah sampai tumut,
tumit-pergelangan kaki dan bahu pergelanagn tangan dan kaki seta tangan
termasuk telapak kaki dan telapak tangan.
Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan
jari telunjuk ditempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang
dada, lutut dan lain-lain. Kemudian penilaian kadar bilirubin dari tiap-tiap
nomor disesuaikan dengan angka rata-rata didalam tabel di bawah ini :
Tabel hubungan
kadar bilirubin dengan ikterus :
Derajat ikterus
|
Daerah
ikterus
|
Perkiraan kadar Bilirubin (rata-rata)
|
|
Aterm
|
Prematur
|
||
1
|
Kepala sampai leher
|
5,4
|
-
|
2
|
Kepala, badan sampai dengan umbilicus
|
8,9
|
9,4
|
3
|
Kepala, badan, paha, sampai dengan lutut
|
11,8
|
11,4
|
4
|
Kepala, badan, ekstremitas sampai dengan tangan dan kaki
|
15,8
|
13,3
|
5
|
Kepala, badan, semua ekstremitas sampai dengan ujung jari
|
|
|
I. Diagnosis Banding Ikterus
Anamnesis
|
Pemeriksaan
|
Pemeriksaan penunjang atau
diagnosis lain yang sudah diketahui
|
Kemungkinan diagnosis
|
Ikterus, anemia, pembesaran
hati,pengangkatan limfa, defisiensi G6PD
|
Sangat ikterus
Sangat pucat
|
Hb<13 g/dl, Ht<39% Bilirubin>8 mg/dl pada hari
ke-1 atau kadar Bilirubin>13 mg/dl pada hari ke 2 ikterus/kadar bilirubin
cepat
Bila ada fasilitas: Coombs tes positif
Defisiensi G6PD
Inkompatibilitas golongan darah ABO atau Rh
|
Ikterus akibat inkompatibilitas darah
|
dengan hari ke2 atau lebih
|
Sangat ikterus
Tanda infeksi/sepsis: malas minum,
kurang aktif, tangis lemah, suhu tubuh abnormal
|
Lekositosis, leukopeni, trombositopenia
|
ikterus diduga karena infeksi berat/sepsis
|
|
Ikterus
Sangat
ikterus,kejang, postur abnormal, letragi
Ikterus berlangsung > 2
minggu pada bayi cukup bulan dan > 3 minggu pada bayi kurang bulan
Bayi tampak sehat
|
Bila ada fasilitas: Hasil tes
Coombs positif
Faktor pendukung: Urine gelap, feses pucat, peningkatan
bilirubin direks
|
ikterus
akibat obat
Ensefalopati
Ikterus
berkepenjangan (Prolonged ikterus)
Ikterus pada bayi premature
|
J. Penatalaksanaan
Berdasarkan pada penyebabnya maka
manajemen bayi dengan hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan
membatasi efek dari hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
1.
Menghilangkan anemia
2. Menghilangkan antibody maternal
dan eritrosit teresensitisasi
3. Meningkatkan badan serum albumin
4. Menurunkan serum bilirubin
Metode terapi hiperbilirubinemia meliputi : fototerapi, transfuse
pangganti, infuse albumin dan therapi obat.
a. Fototherapi
Fototerapi dapat digunakan sendiri atau
dikombinasi dengan transfuse pengganti untuk menurunkan bilirubin. Memaparkan
neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a bound of fluorescent
light bulbs or bulbs in the blue light spectrum) akan menurunkan bilirubin
dalam kulit. Fototerapi menurunkan kadar bilirubin dengan cara memfasilitasi
ekskresi bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang
diabsorpsi jaringan merubah bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang
disebut fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah
melalui mekanisme difusi. Di dalam darah fotobilirubin berikatan dengan albumin
dan di kirim ke hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke empedu dan di ekskresikan
kedalam duodenum untuk di buang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh hati.
Hasil fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi bilirubin dapat
dikeluarkan melalui urine.
Fototerapi mempunyai peranan dalam
pencegahan peningkatan kadar bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab
kekuningan dan hemolisis dapat menyebabkan anemia.
Secara umum fototerapi harus diberikan
pada kadar bilirubin indirek 4-5 mg/dl. Noenatus yang sakit dengan berat badan
kurang dari 1000 gram harus difototerapi dengan konsentrasi bilirubin 5 mg/dl.
Beberapa ilmuwan mengarahkan untuk memberikan fototerapi profilaksasi pada 24
jam pertama pada bayi resiko tinggi dan berat badan lahir rendah.
Tabel Terapi
Berikut tabel yang menggambarkan kapan
bayi perlu menjalani fototerapi dan penanganan medis lainnya, sesuai The
American Academy of Pediaatrics (AAP) tahun 1994.
Bayi lahir cukup bulan (38 – 42 minggu)
Usia bayi (jam)
|
Pertimbangan terapi sinar
|
Terapi sinar
|
Transfuse tukar bila terapi sinar intensif gagal
|
Transfuse tukar dan terapi sinar intensif
|
|
Kadar bilirubin
|
Indirek serum
|
Mg/dl
|
|
<24
|
|
|
|
|
25 -48
|
>9
|
>12
|
>20
|
>25
|
49 – 72
|
>12
|
>15
|
>25
|
>30
|
>72
|
>15
|
>17
|
>25
|
>30
|
Bayi lahir kurang bulan perlu fototerapi jika:
Usia (jam)
|
Berat lahir < 1500 g kadar bilirubin
|
BL 1500 – 2000 g kadar bilirubin
|
BL >2000 g kadar bilirubin
|
< 24
|
> 4
|
> 4
|
> 5
|
25 - 48
|
> 5
|
> 7
|
> 8
|
49 - 72
|
> 7
|
> 8
|
> 10
|
> 72
|
> 8
|
> 9
|
> 12
|
Panduan terapi
sinar berdasarkan kadar bilirubin serum
Saat timbul ikterus
|
Bayi cukup bulan sehat kadar
bilirubin, mg/dl: (µmol/l)
|
Bayi denagn factor resiko (kadar
bilirubin, mg/dl:µmol/l)
|
Hari ke 1
|
Setiap terlihat ikterus
|
Setiap terlihat ikterus
|
Hari ke 2
|
15 (260)
|
13 (220)
|
Hari ke 3
|
18 (310)
|
16 (270)
|
Hari ke 4 dst
|
20 (340)
|
17 (290)
|
b. Transfusi Pengganti
Transfusi pengganti atau imediat didindikasikan adanya
faktor-faktor :
1.
Titer
anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu
2.
Penyakit
hemolisis berat pada bayi baru lahir
3.
Penyakit
hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama
4.
Kadar
bilirubin direk labih besar 3,5 mg/dl di minggu pertama
5.
Serum
bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl pada 48 jam pertama
6.
Hemoglobin
kurang dari 12 gr/dl
7.
Bayi
pada resiko terjadi kern ikterus.
Transfusi
pengganti digunakan untuk:
1. Mengatasi anemia sel darah merah
yang tidak susceptible (rentan) terhadap sel darah merah terhadap antibody
maternal
2. Menghilangkan sel darah merah untuk
yang tersensitisasi (kepekaan)
3. Menghilangkan serum ilirubin
4. Meningkatkan albumin bebas bilirubin dan
meningkatkan keterikatan dangan bilirubin
Pada Rh Inkomptabilitas diperlukan transfuse darah golongan O segera
(kurang dari 2 hari), Rh negative whole blood. Darah yang dipilih tidak
mengandung antigen A dan antigen B. setiap 4 -8 jam kadar bilirubin harus di
cek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai stabil.
c. Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang
meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya. Obat ini efektif baik
diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum
melahirkan. Penggunaan Phenobarbital pada post natal masih menjadi pertentangan
karena efek sampingnya (letargi). Coloistrin dapat mengurangi bilirubin dengan
mengeluarkannya lewat urine sehingga menurunkan siklus enterohepatika.
ASUHAN TUMBUH KEMBANG PADA BAYI 4 BULAN
DENGAN 7 LANGKAH VARNEY
I. PENGUMPULAN DATA DASAR
Hari/tanggal pengkajian : Rabu, 9 Juli 2008
Tempat pengkajian :
Poliklinik Tumbuh Kembang Anak
Jam :
10.30 wita
Medical Record : 87-15-71
A. Data Subyektif
1. Identitas
Pasien
Nama :
By “A”
Lahir : 23 Maret 2008 jam 00.23 wita
Umur : 4 bulan
Anak
ke : 1
Jenis
kelamin : Laki-laki
Nama ibu :
Ny. “N”
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Suku : Sasak
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Cemare , Mataram
Nama
Ayah : Tn. “R”
Umur : 38 tahun
Agama : Islam
Suku : Sasak
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat :
Cemare, Mataram
2. Keluhan Utama/alasan datang :
Ibu mengeluh
anaknya yang sudah berumur 4 bulan belum bisa tengkurap dan mengangkat
kepalanya.
3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Riwayat Kehamilannya
o
Usia
kehamilan : cukup bulan
o
Penyakit/masalah
yang diderita selama hamil : tidak ada
o
Riwayat
ANC : > 4x di
Puskesmas
o
Imunisasi
TT : 2x (lengkap)
b. Riwayat Persalinan
o
Cara
persalinan : Sectio
Secarea
o
Penolong
Persalinan : Dokter
o
Tempat
Persalinan : RSU Mataram
o
Jenis
Kelamin : laki-laki
o
BBL/PB : 2700 gram/49 cm
o
Kelainan/masalah
dalam persalinan : bayi langsung menangis pada saat lahir namun opname di ruang
NICU karena minum air ketuban.
c. Postnatal
o
Pemberian
ASI segera setelah lahir :
tidak, dan mulai diberikan ASI pada hari kedua setelah lahir.
o
Tanda-tanda
bahaya/masalah yang dialami bayi pasca persalinan : tidak ada
o
Penyakit
yang pernah diderita :
pada hari ke-18 setelah lahir, bayi dirawat di ruang NICU karena kuning
4. Riwayat Psikososial
a. Kontak dini : ibu dan ayah tidak langsung melakukan kontak dini
setelah bayi lahir karena langsung dibawa ke ruang NICU.
b. Kontak mata : ya
c. Menyentuh :
ya
b. Pemberian ASI setelah lahir : tidak langsung diberikan ASI setelah
lahir, namun mulai diberikan pada hari kedua setelah lahir sampai sekarang.
d. Riwayat pemberian imunisasi : bayi sudah di imunisasi sesuai dengan
umurnya, yaitu : BCG, Polio 4, dan DPT+ HB 3
e. Pemberian nutrisi
o
Pemberian
ASI dimulai sejak hari kedua setelah lahir sampai sekarang
o
Frekuensi
pemberian : + 8 – 10 kali
per hari
o
Diberikan
susu formula : Tidak
o
Makanan
pendamping ASI : Tidak ada
o
Jenis
makanan yang dikonsumsi sekarang :
ASI
f. Pola eliminasi
o
BAK
Frekuensi : > 4 kali sehari
Konsistensi : cair
Warna : normal
Masalah : tidak ada
o
BAB
Frekuensi : + 1 kali sehari
Konsistensi : lembek
Warna : normal
Masalah : tidak ada
g. Pola istirahat
Siang : + 3 jam ( dari jam
14.00 – 17.00 wita )
Malam : 8 - 10 jam ( dari jam 21.00
– 05.00 wita )
i. Pola perkembangan dalam keluarga : Ada keterlambatan yaitu pada motorik
kasar.
Belum bisa mengangkat kepala
Belum bisa miring dan tengkurap tanpa bantuan
h. Kondisi lingkungan tempat tinggal
Keadaan rumah : Bersih, tidak ada kandang ternak
disekitar rumahnya.
Jumlah anggota keluarga :
3 orang
Jumlah bayi dalam satu rumah :
1 orang
k. Dukungan / respon keluarga atas kehadiran
anak : orang tua bahagia
dengan kehadiran anaknya, dan sangat menyayangiya meskipun ada keterlambatan
perkembangan pada anaknya.
5. Riwayat penyakit yang pernah
diderita bayi
Ibu mengatakan bayinya
pernah opname/dirawat di ruang NICU karena kuning.
B. Data Obyektif
1. Keadaan umum bayi : baik
2. BB / PB : 5,65 kg / 63 cm
3. LIKA :
42 cm
4. LILA :
12 cm
5. Tanda-tanda vital
Suhu :
36,8 ° C
Laju jantung :
120 x/menit
Pernapasan :
30 x/enit
6. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Bersih, distribusi rambut merata, warna rambut tidak merang,
tidak ada luka, kepala belum bisa tegak.
b. Telinga : Bersih, tidak ada
luka, daya pegas daun telinga kembali cepat, tes pendengaran kurang baik (lama
merespon terhadap rangsangan suara)
c. Mata : Simetris, tidak ada
tanda-tanda infeksi, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak iketerus, mata tidak
cekung.
d. Hidung dan mulut : Bersih, tidak ada lelehan saliva berlebih,
tidak ada sumbatan pada hidung pada waktu bernapas.
e. Leher : Tidak ada massa atau benjolan, pergerakan lambat, leher
masih lemas.
f. Dada : Puting susu simetris, bunyi nafas normal,
bunyi jantung normal.
g. Perut tidak ada massa atau benjolan.
h. Punggung dan anus : tidak ada massa pada punggung, tidak ada cekungan pada
tulang belakang, anus (+)
i.
Ekstremitas
atas dan bawah : Simetris, gerakan aktif, jumlah jari normal
j.
Genitalia
: Jenis kelamin laki-laki, lubang
uretra berada diujung penis.
k. Kulit tidak ada kemerahan, tidak ada luka,
tidak ada tanda lahir, tidak ada pembengkakan.
7. Pemeriksaan pertumbuhan
§ BB :
5. 650 gram
§ PB :
63 cm
§ Lika :
42 cm
§ Lila :
12 cm
Berat badan normal adalah 6,5 kg ( umur 4 bulan )
|
Panjang badan normal adalah 63 cm
|
Lika normal adalah 42 cm
|
Lila normal adalah 12 cm
|
8. Pemeriksaan perkembangan (Format Denver II
terlampir)
Hasilnya : Terdapat keterlambatan pada motorik
kasar
-
Belum
bisa mengangkat kepala
-
Belum
bisa miring dan tengkurap tanpa bantuan
Seharusnya
anak sudah bisa :
Kepala terangkat 90 derajat
Kepala terangkat
Telungkup kepala terangkat sebentar
Terlentang, gerakan seimbang
II. INTERPRETASI DATA DASAR
A.
Diagnosa
Bayi umur 4 bulan dengan
gangguan motorik kasar.
Dasar :
b. Keadaan umum bayi baik
c. Tanda vital normal, S : 36,8° C, N :
120 x/menit, R : 30 x/menit
d. Pemeriksaan Denver terdapat keterlambatan
pada sektor motorik kasar.
Hasilnya : Terdapat keterlambatan pada motorik kasar
-
Belum
bisa mengangkat kepala
-
Belum
bisa miring dan tengkurap tanpa bantuan
Seharusnya anak sudah bisa :
Kepala terangkat 90 derajat
Kepala terangkat
Telungkup kepala terangkat sebentar
Terlentang, gerakan seimbang
e. Pada pemeriksaan test pendengaran terdapat
keterlambatan dalam merespon rangsangan suara.
B.
Masalah
Gangguan perkembangan motorik
kasar.
Dasar :
o
Tidak
bisa mengangkat kepala.
o
Tidak
bisa miring dan tengkurap tanpa bantuan.
C.
Kebutuhan
Fisioterapi.
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
Keterlambatan perkembangan motorik kasar
IV. KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Tidak
ada
V. RENCANA ASUHAN SECARA MENYELURUH
c. Beritahu orang tua bayi tentang hasil
pemeriksaan tumbuh kembang bayinya
d. Konseling mengenai keadaan anaknya dan
terapi rutin untum membantu kenormalan perkembanan anak usia 4 bulan.
e. Berikan terapi seperti: latihan gerak
pasif, latihan miring kanan dan miring kiri, dan latihan stabilisasi leher.
f. Anjurkan ibu untuk mengulang kembali
dirumah terapi yang telah diberikan di RSU sesering mungkin.
g. Motivasi ibu dalam pemberian ASI terhadap
bayinya.
h. Anjurkan ibu untuk terapi ulang minggu
depan pada tanggal 16 Juli 2008.
VI. PELAKSANAAN ASUHAN
- Memberi tahu kepada ortu bayi bahwa hasil pemeriksaan fisik normal, S: 36,8° C, N : 120 x/menit, R : 30 x/menit, keadaan umum bayi baik, namun pada pemeriksaan tumbuh kembang bayinya terdapat ketitidaksesuaian perkembangan dengan umur bayinya saat ini.
- Memberi konseling pada ibu bahwa bayinya mengalami keterlambatan dalam motorik kasar seperti bayinya tidak bisa mangangkat kepala, tidak bisa miring dan tengkurap tanpa bantuan sehingga perlu diberikan terapi secara rutin untuk membantu kenormalan perkembangan bayinya.
- Memberikan terapi gerak pasif , latihan miring kiri dan kanan, dan stabilisasi leher.
- Menganjurkan ibu untuk mengulang kembali dirumah terapi yang telah diberikan oleh terapist.
- Memotivasi ibu agar tetap memberikan ASI kepada bayinya, sesering mungkin dan diberikan tanpa jadwal.
- Menganjurkan ibu untuk terapi ulang minggu depan pada tanggal 16 juli 2008.
VII. EVALUASI
Tanggal 9
Juli 2008 Pukul 11.00 wita.
- Orang tua mengetahui hasil pemeriksaan bayinya.
- Orang tua mengerti tentang konseling yang disampaikan dan menyetujui tentang terapi yang diberikan pada bayinya
- Orang tua mengerti cara melatih anaknya dirumah seperti yang telah diberikan oleh terapist.
- Orang tua mengerti tentang informasi yang telah disampaikan.
- Ibu akan datang untuk terapi ulang anaknya minggu depan pada tanggal 16 Juli 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar