BAB I
PENDAHULUAN
A. Latara Belakang Masalah
Tidak
dapat dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk sosial sehingga ia selalu berada
bersama-sama dengan manusia lain dalam komunitas. Disetiap komunitas ada tata
cara atau norma-norma yang mengatur perilaku dari setiap manusia yang di
dalamnya saling berinteraksi satu dengan yang lainnya sekarang semuanya kembali
kepada kita......
Dalam kehidupan sehari-hari
kita sering kita sering menyaksikan perilaku mannusia yang aneh-aneh, baik melihat
yang aneh-aneh, baik dengan melihat dengan mata kepala sendiri maupun melalui
berita di media massa baik cetak maupun elektronik.
Contoh:
- Seseorang tega membunuh teman sendiri gara-gara permasalahan sepele tanpa hati nurani.
- Berita-berita kriminalitas, baik kecil maupun besar, seperti: curanmor, penodongan, dan perampokan.
- Seorang kakek tega menyodomi anak-anal di bawah umur.
Kejadian tersebut diatas dewasa ini seperti santapan
sehari-hari, tiada hari tanpa pembunuhan, preampokan, penyimpangan seks. Dari
sekian banyak perilaku manusia yang tergolong abnormal adalah psikopat,
defisiensi moral, dan abnormalitas seksual. Psikopat disebut juga pribadi sosiopatik
atau pribadi anti sosial/asosial/dissosial, yang merupakan prilaku
psikopatologis dengan ditandai ketidakmampun menghayati nilai-nilai antar
pribadi, sosial, dan moral.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PSIKOPAT
Psikopat atau psikopati
disebut juga sosiopatik karena dari perbuatan-perbuatannya masyarakat menderita
dan dirugikan. Penderita psikopat pada umumnya tidak menyadari bahwa dirinya
ada kelainan, dan tidak merasakan sendiri penyakitnya. Penderita psikopat
seolah-olah tidak memiliki hati nurani dan suka beRbuat seenaknya tanpa
memedulikan kepentingan orang lain.
1.
Pengertian Psikopat
a) Psikopat adalah bentuk kekalutan mental yang
ditandai dengan tidak adanya pengorganisasian dan pengintegrasian pribadi,
orangnya tidak pernah bisa bertanggung jawab secara moral selalu konfik dengan
norma sosial dan hukum yang diciptakan oleh angan-angannya sendiri. Kartini
Kartono,1989
b) Psikopat(i) dipakai untuk menggambarkan manifestasi
psikopatologis di dalam prilaku dan perbuatan individu. Gunnarsa S.S., 1985
c) Psikopat adalah kelainan prilaku khususnya
berbentuk perilaku yang antisosial, yaitu tidak memedulikan norma-norma sosial
(Sarwono, sarlito Wirawan, 2000).
2.
Penyebab Psikopat
a) Menurut Kartini Kartono (1989)penyebab
utama psikopat, yaitu:
1. Tidak mendapatkan kasih sayang dari
lingkungannya pada masa muda.
2. Pada tahun-tahun pertama kehidupan (0-3
tahun), tidak pernah memperoleh kemesraan dan kelembutan dari lingkungannya.
Akibatnya:
1. Kehiangan dan kemampuan untuk menberikan
vinta kasih dan simpati kepada orang lain.
2. Kehilangan perasaan sosial dan kemanusiaan
3. Todak mampu menjalin hubungan antar
manusia
4. Diliputi perasaan tidak senang dan tidak
puas.
5. Diliputi rasa kebencian, dendam, curiga,
penolakan, rasa dikejar-kejar dan dituduh, gelisah, tegang, ketakutan, kacau
balau, dan dibayangi pikriran yang kegila-gilaan.
6. Akhirnya terjadi disintegrasi dan
disorganisasi keperibadian, yang ditandai dengan memiliki rasa sosial dan rasa
rasa kemanusiaan yang wajar.
b) Menurut Gunarsa, singgih D., dan
Ny.Gunarsa Singgih D.(1985), asal usul psikopat ditinjau dari sudut
psikodinamika dan genetika bersumber dari kelakuan menyimpang pada masa anak
dan kenakalan remaja. Tanda-tandanya sebagai berikut:
1. Tidak pernah membentuk keterikatan yang
baik dengan orang tua atau pengganti orang tua.
2. Suka melawan terhadap hal-hal yang
dilarang oleh masyarakat karena biasa dimanja dan merasa diperlakukan tidak
adil.
3. Membutuhkan penerimaan orang laindan ada
persalahan bersalah, tetapi tidak terjalin dengan baik dalam pribadi
keseluruhannya.
3.
Gejala Psikopat
a) Sikap kurang ajar, kasar, dan ganas.
b) Beperilaku asosial dan eksentrik.
c) Suka mengembara tanpa tujuan.
d) Berperibadi labil dan respon tidak
adekuat.
e) Tidak loyal kepada siapapun.
f) Emosional, tidak berperasaan dan tidak
bertanggung jawab.
g) Kadang terdapat penyimpangan seksual.
h) Tidak mau nelajar dari pengalaman baik.
4.
Bentuk Psikopat
Menurut beberapa ahli, dibedakan empat bentuk
psikopat, yaitu:
a) Tipe simpatik, tetapi tidak bertanggung
jawab
b) Tipe pendendam dan pemberontak, tipe ini
orangnya gemat memusuhi dan memberontak terhadap hal-hal yang tidak disenangi.
c) Tipe hipokondris dan tidak adekuat
d) Tipe anti sosial
B. DEFISIENSI MORAL
1. Pengertian
Defisiensi moral (defect
moral) dicirikan dengan individu yang hidupnya delinquent, selalu melakukan
kejahatan (crimes) dan berperilaku antisosial, tetapi tidak ada penyimpangan
atau gangguan pada inteleknya (Kartini Kartono, 1989).
2. Penyebab
Penyebab
utama adalah terpisah (separation) dengan orang tua pada usia kurang dari 3
tahun, khususnya berpisah dengan ibunya pada umur 0-4 tahun. Efek dari
perpisahan ini adalah tidak mendapatkan afeksi, dan selalu mendapatkan
perlakuan yang keras dan kejam. Akibat dari perpisahan ini, individu menjadi
pendendam, mempunyai sifat agresi, miskin hubungan kemanusiaan, emosinya dingin
dan beku, tidak memiliki super ego, adanya penolakan super ego dan hati nurani,
serta prilaku psikotis, retardasi mental, IQ rendah, dan kebekuan yang kronis.
3. Kelemahan
dan Kegagalan Individu pada Defisiensi Moral
a) Tidak mampu mengenal, mengerti,
mengendalikan, dan mengatur emosi dan perilaku.
b) Memiliki perilaku yang salah dan jahat
(misconduct).
c) Kegagalan dalam mengadakan penyesuaian
terhadap hukum, norma-norma, dan standar sosial yang berlaku.
4. Ciri-Ciri Defisiensi Moral
a) Secara fisik dan organik normal (ada yang
pandai, cerdik, menarik, dan pandai bicara), namun pada umunya bersifat
semaunya, keras kepala, pikiran sering berubah-ubah (grilling) perangai kasar
dan munafik.
b) Egosentris, tidak memedulikan hak dan
peranan orang lain.
c) Tidak memiliki perasaan (afeksi), tidak
tahu berterima kasih, tidak tahu malu, dan tidak merasa bersalah atau berdosa,
Tidak memiliki rasa tanggung jawab
d) Sombong, tidak tahu harga diri.
e) Tidak mau belajar dari pengalaman yang
baik.
f) Tidak berjiwa toleran terhadap orang lain.
g) Tidak dapat dipercaya
h) Menentang kedisiplinan, peraturan, dan
otoriter.
i)
Belajar
mencuri dan berbuat kejahatan sejak usia muda sehingga akan menjadi penjahat
yang permanen.
j)
Emosi
tidak terkendali dan susah diatur.
k) Kata-katanya kotor dan memuakkan.
l)
Gangguan
perkembangan mental disebabkan oleh disfungsi intelegensi.
m) Kelemahan dorongan-dorongan instingtif
primer yang berakibat ego menjadi lemah, kemiskinan afektif, tanpa selfrespect,
dan ada relasi yang amat longgar dengan sesama manusia.
n) Pembentukan super ego yang lemah sekali
sehingga impulsnya dalam tataran yang sangat primitif tidak bisa dikikontrol
dan dikendalikan, cepat puas disertai emosi kemarahan yang meledak-ledak, dan
bersikap bermusuhan.
5.
Kelompok yang Termasuk Defisiensi Moral
a) Anak-anak rusak (demage children)
Sikap ini terjadi akibat
terlalu lama berpisah dengan ibunya sejak masa bayi.
b) Juvenile deliquency
Iuvenile deliquency adalah
anak-anak muda (biasanya dibawah umur 18 tahun) yang selalu melakukan kejahatan
dan melanggar hukum yang dimotivasi oleh keinginan untuk mendapaykan perhatian,
satutus sosial dan penghargaan dari lingkungannya (Kartini Kartono, 1989)
C. ABNORMALITAS SEKSUAL
Menurut Freud, salah satu
faktor yang mendorong manusia berperilaku adalah energi psikis berupa libido
seksual (libido = dorongan hidup, mafsu erotis). Energi psikis bukan saja
menimbulkan menimbulkan perilku di bidang seks, berupa relasi seksual (hubungan
seksual), tetapi juga perilaku nonseksual.
Relasi seksual secara
normal adalah mekanisme manusia yang vital untuk meneruskan keturunan dan
menjaga agar manusia tidak punah. Seks dapat merupakan hubungan sosial yang
biasa dilakukan oleh pria maupun wanita, tetapi dapat juga menimbulkan relasi
seksual yang sifatnya erosi. Pada
relasi sekssual yang normal kedua belah pihak menghayati bentuk kenikmatan dan
puncak kenikmatan seksual (organisme).
Bentuk relasi seksual yamg heteroseksual apabila dilakukan oleh dua jenis kelamin yang
berbeda, dan homoseksual apabila
dilakukan oleh kedua kelamin yang sama. Namun rellasi homoseksual biasanya
dipakai untuk menyebut hubungan sesama jenis laki-laki dan untuk wanita dengan
wanita disebut lesbian. Untuk menjaga
hal-hal yangh bertentangan dengan norma dan moral diharapkan laki-laki dan
wanita dewasa maupun melaksanakan maupun melaksanakan relasi seksual yang
adekuat, artinya mampu melakukan relasi seksual yang normal dan bertanggung
jawab.
1. Prilaku
Pribadi Normal dan Abnormal
Sebelum dibicarakan lebih
lanjut tentang abnormalitas seksual, akan disinggung terlebih dahulu tentang
istilah normal dan abnormal yang terkait dengan prilaku pribadi.
a. Normal diartikan sebagai keadaan sehat
atau tidak patologik dalam hal fungsi keseluruhan (Maramis, 1999).
b. “Perilaku yang normal adalah perilaku yang
adekuat (serasi dan tepat), yang bisa di terima oleh masyarakat pada umumnya “
(Kartini Kartono, 1989).
c. “Perilaku pribadi normal ialah sikap hidup
sesuai dengan pola kelompok masyarakat tempat ia berada sehingga tercapai satu
relasi interpersonal dan intersosial yang memuaskan” (Kartini Kartono, 1989).
Kriteria Pribadi Normal
Menurut Gunarsa S.D. dan Ny. Gunarsa S.D.
(1989) yang mengutip pendapat A.H. Maslow S., Bela, dan Mittlemann bahwa
kriteria pribadi yang normal sebagai berikut.
a. Perasaan aman yang adekuat.
b. Memiliki penilaian diri dan wawasan yang
rasional.
c. Memiliki spontanitas dan emosionalitas
yang adekuat.
d. Mempunyai kontak dengan realitas secara
efisien.
e. Memilki dorongan dan nafsu jasmaniah yang
sehat, serta mempunyai kemampuan untuk memenuhi dan memuaskannya.
f. Mempunyai pengetahuan diri yang adekuat.
g. Mempunyai tujuan hidup yang adekuat.
h. Mampu belajar dari pengalaman hidupnya.
i.
Ada
kesanggupan untuk memuaskan tuntunan dan kebutuhan kelompok.
j.
Emansipasi
yang pantas dan sehat dari kelompok dan kebudayaan.
k. Memilki integritas dan konsistensi
kepribadian.
Menurut Atkinson R.L. dkk. Menetapkan 6
kriteria normalitas, yaitu :
a. Persepsi
dan realitas yang efesien Individu dalam menilai reaksi dan kemampuan mengintepretasikan hal-hal
yang terjadi di lingkungan sekitarnya secara realistik
b. Mengenali
diri sendiri Individu
yang mampu melakukan penyesuaian, memiliki kesadaran, perasaan, dan motif
secara baik.
c. Kemampuan
mengendalkanperilaku secara sadar Kepercayaan atas kemampuan diri individu untuk mengendalikan perilakunya.
d. Harga
dirinya dan penerimaan
Kemampuan menyesuaikan diri, mampu menilaiharga dirinya sendiri, dan merasa
diterima orang lain.
e. Kemampuan
membentuk ikatan kasih Mampu
menjalin hubungan yang erat dan harmonis dengan orang lain.
f. Produktivitas
Mampu menyesuaikan diri
dan menyalurkan kemampuan dengan baik ke aktivitas produktif.
2.
Keriteria
Pribadi Abnormal
Perilaku pribadi abnormal adalah
peribadi yang menyimpang jauh dari perilaku pribadi normal. Dapat juga
diartikan bahwa pribadi abnormal bila berada jauh berbeda dari keadaan integrasi ideal.
Menurut
atkinson R.L dkk perilaku abnormal dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu:
- Statistik Prilaku abnormal adalah yasng secara statistik jarang atau menyimpang dari normal.
- Maladaptif prilaku abnormal jika bersifat maladaptif dan memeiliki pengaruh buruk pada individu atau masyarakat.
- Menyimpang dari norma sosial Prilaku yang menyimpangs secara jelas dari standar atau norma dalam masyarakat.
- Distres pribadi Adanya perasaan disters sunjektif individual.
3. Penyebab
Abnormalitas
Penyebab
yang mendasari seseorang abnormal menurut Kartini Kartono (1989) sebagai
berikut:
a) Faktor keturunan (hereditas)
·
Idiopathy
(penyakit yang timbul dari dalam organ tubuh)
·
Psikosis
(penyakit mental yang parah)
·
Neurosis
(penyakit saraf)
·
Ideocy
(ketidak sempurnaan mental pada tingkat rendah)
·
Psikosis
sifilitik
b) Faktor sebelum lahir (pranatal)
·
Kekurangan
nutrisi
·
Infeksi
·
Luka
·
Keracunan
·
Menderita
penyakit
·
Menderita
psikosis
·
Trauma
pada kandungan
c) Faktor ketika lahir (natal)
·
Kelahiran
dengan tang (tangverlossing)
·
Asphixia
(kekurangan O2 dalam udara pernafasan)
·
Prematurity
(lahir sebelum waktunya)
·
Primogeniture
(primipara = wanita yang hamil sekai dan melahirkan anak pertama)
c) Faktor setelah lahir (pascanatal)
·
Pengalaman
traumatik
·
Kejang
atau stuip
·
Infeksi
pada otak atau selaput otak
·
Kekurangan
nutrisi
·
Faktor
psikologis
4. Prilaku
Seksual Normal
Perilaku seksual ini dapat menyesuaikan diri,
bukan saja dengan tuntunan masyarakat, tetapi juga dengan kebutuhan individu
mengenai kebahagiaan, perwujudan diri sendiri, atau peningkatan kemampuan
individu untuk mengembangkan keperibadiannya menjadi lebih baik (Maramis,
1999). Pendapat Kartini Kartono (1989), yang dimaksud perilaku seksual yang
normal mengandung pengertian sebagai berikut.
a) Gangguan kemampuan seksual, termasuk dalam
kelompok ini adalah impotensi, ejakulasi pradini, frigiditas, disparenia, dan
vaginismus, serta hipo dan hiper seksual.
b) Deviasi seksual (penyimpangan seksual)
termasuk dalam kelompok ini adalah homoseksualitas dan lesbianisme, fetisisme,
pedofilia, transfestitisme, exhibisionism, voyeurism, sadisme dan masokisme,
serta transeksualisme.
Menurut Kartini Kartono (1989), abnormalitas
seksual dibedakan menjadi:
a) Abnormalitas seks yang disebabkan oleh
dorongan seksual yang abnormal. Termasuk dalam kelompok ini adalah prostitusi,
promoskuitas, adultery (perzinahan), sedukasi, frigiditas, impotensi, ejakulasi
dini/prematur/ precock,copulatory impotency dan phsykogenic aspermia,
nimfomania, satiriasis, vaginismus, dispareuni, anorgasme, dan kesukaran
hubungan seksual yang pertama.
b) Abnormalitas seks yang disebabkan adanya
partner seks yang abnormal. Termasuk dalam kelompok ini adalah homoseksualitas
(oral erotisme, analerotisme, dan interfemoral hubungan seksual), lesbianisme,
bestiality, zoofilia, nekrofilia, pornografi, dan obscenity, pedofilia,
fetisisme, frottahe, gerontoseksualitas, incest, saliromania, wifeswiping,
misofilia, koprofilia, dan urofilia.
c) Abnormalitas seks dengan cara-cara
abnormal dalam pemuasan dorongan seksual. Termasuk dalam kelomok ini adalah
onani dan masturbasi, sadisme, masokisme dan sadomasokisme, voyeurism,
exhibisionism sexual, skoptofilia, tranfestitisme, transeksualisme, troilism,
atau triolisme.
Menurut Sulistio (1977), human
sexual inedaquacy dikelompokan menjadi tiga bagian, yaitu:
a) Cara-cara yang abnormal dalam pemuasan
keinginan seks. Tremasuk dalam kelompok ini adalah sadisme, masokisme,
exhibitionism, scoptophilia, voyeurism, troilism, atau triolisme,
transvestisme, transseksualisme, sexualoralism, sodomi, atau seksual analism.
b) Partner seksual yang abnormal (manusia
atau obyek lain). Termasuk dalam kelompok ini adalah homoseksualitas,
pedofilia, pornografi,obscenity, fetisisme, frottage, incest, saliromania,
gerontoseksualitas, wifwswapping, misofilia, koprofilia, dan urofilia,
koprofilia, serta masturbasi.
c) Abnormal degree of desire and strength of
sexual drive. Termasuk dalam kelompok ini adalah anorgasme, dispareunia,
vaginisme, kesukaran hubungan seks pertama, frigiditas, impotensi, ejakulasi
prematur, nimfomania, satiriasis, promiscuity, dan prostitusi, perkosaan,
seduction, dan adultery.
5. Bentuk-Bentuk Abnormalitas
o
Ejakulasi
prematur: Peristiwa keluaranya sperma sebelum mencapai orgasme (ejakulasi
sebelum waktunya, terlampau cepat, atau sebelum menghadapi)
o
Frigiditas:
gairah seksual yang dingin atau tidak mengalami orgasme pada saat hubungan
seksual pada wanita
o
Disparenia:
hubungan seksual yang disertai nyeri(sakit) atau sukar. Sedangkan vaginismus:
spasme(kejang) otot-otot vagina yang menyakitkan pada waktu hubungan seksual.
o
Hiposeksual:
dorongan seksual yang kecil. Sedangkan hiperseksula: dorongan seksual yang
besar.
o
Homoseksual:
ketertarikan melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis(pria dengan pria
atau wanita dengan wanita).
o
Fetisisme:
hubungan seksual yang mencari gairah dan kepuasan seksual secara beuang dengan
memakai benda mati(fetish) milik seks yang lain sebagai pengganti objek seksual.
o
Pedofilia:
pemuasan seksual dengan objeknya anak, baik sejenis atau lawan jenis yang belum
akil balig.
o
Transvestitisme:
abnormalitas seksul pada-laki-laki heteroseksual dalam memperoleh kepuasan
seksual dengan memakai pakaian wanita.
o
Exhibisionism:
memperoleh kepuasan seksual dengan jalan memperlihatkan genitalianya secara
berulang kepada orang lain yang tidak dikenal dan ingin melihatnya.
o
Voyeurism:
memperoleh kepuasan seksual dengan melihat atau mengintip orang telanjang atau
melakukan hubungan seksual tanpa sepengetahuan yang diintip.
o
Sadisme:
memperoleh kepuasan seksual dengan cara menyakiti secara fisik atau psikologis
objek seksualnya. Sedangkan Masokoisme: memperoleh kepuasan seksual dengan
menyiksa diri sendiri secara fisik atau mental.
o
Transeksualisme:
abnormalitas seksual berupa adanya gejala rasa memiliki seksualitas yang
berlawanan dengan struktur fisiknya.
o
Prostitusi:
merupakan bentuk penyimpangan seksual dengan pola dorongan seks yang tidak
wajar, tidak terorganisasi dalam keperibadian sehingga hubungan seks tersebut
bersifat imprasonal, tanpa kasih sayang, berlangsung dan tanpa mendapat orgasme
dipihak wanita.
o
Promiskuitas:
mengadakan hubungan seksual dengan banyak orang.
o
Adulteri/perzinahan:
melakukan hubungan seksual oleh seseorang yang sudah menikah dengan orang lain
yang bukan pasangannya atau legal.
o
Sedukasi/bujukan:
melakukan hubungan seksual melalui bujukan dan godaan kepada partnernya yang
sebenarnya melanggar norma susila atau norma hukum.
o
Perkosaan:
melakukan hubungan seks dengan cara kekerasan dan paksaan.
o
Kopulatori
impotensi: kemampuan pria untuk mengadakan ereksi tetapi tiba-tiba penis
menjadi lemas seseudah masuk vagina.
o
Psychogenic
aspernia: peristiwa tidak keluarnya sperma pada waktu melekukan seks.
o
Nimfomania:
keinginan seksual yang luar biasa paada wanita yang ingin melampiaskan nafsu
seksnya berulang kali tanpa melihat akibatnya.
o
Satyariasisme:
keinginan seks yang tidak kunjung puas, patologis, dan luar biasa besarnya pada
wanita.
o
Anorgasme:
kegagalan mencapai orgasme selama hubungan seksual.
o
Kesukaran
ubungan seksual pertama: mengalami kesulitan pada saat hubungan seksual yang
pertamakali karena kekurangan pengalaman kedua belah pihak.
o
Onani
atau masturbasi: memperoleh kepuasan seksual atau orgasme dengan jalan
merangsang alat kelaminnya sendiri secara manual atau digital.
o
Skoptofilia:
memperoleh kepuasan seksual dengan melihat sexual act dan genitalianya.
o
Troilisme:
hubungan seksual dengan partner orang lain tersebut menontonnya.
o
Sexualoralism:
kepuasan seksual yang didapat dari aplikasi bibir, lodah, mulut pada
genitalianya.
o
Sosomi:
kepuasan seksual dengan yang diperoleh dengan cara melakukan hubungan seksual
melalui anus.
o
Bestiality:
cinat yang abnormal terhadap binatang.
o
Nekrofilia:
kepuasan seksual dengan melihat atau melakukan hubungan seksual dengan mayat.
o
Pornografi:
tulisan atau gambar yang khusus dibuat untuk merangsang seks.
o
Obscenity:
perkataan, gerak-gerik, dan gambar-gambar yang dianggap tidak sopan atau
menjijikkan.
o
Frottage:
mendapatkan kepuasan sekusal dengan cara meraba orang yang disenangi, biasanya
tanpa sepengetahuan oleh korbannya.
o
Gerontoseksualitas:
seseorang yang memperoleh kepuasan seksual dengan pasangan yang sudah usia
lanjut.
o
Incest:
hubungan seksual antara dua orang di dalam atau diluar perkawinan dengan
keluarga dekat sehingga secara legal tidak dizinkan melakukan pernikahan.
o
Wifeswapping:
meminjamkan istri sebagai kesopanan dan keramah-tamahan terhadap tamu.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
A. Penderita psikopat pada umumnya tidak
menyadari bahwa dirinya ada kelainan, da tidak merasakan sendiri penyakitnya.
Penderita psikopat seolah-olah tidak memiliki hati nurani dan suka beRbuat
seenaknya tanpa memedulikan kepentingan orang lain.
B. Penyebab utama dari masalah-masalah di
atas adalah terpisah dengan orang tua pada usia kurang dari 3 tahun, khususnya
berpisah dengan ibunya pada umur 0-4 tahun. Efek dari perpisahan ini adalah
tidak mendapatkan afeksi, dan selalu mendapatkan perlakuan yang keras dan
kejam. Akibat dari perpisahan ini, individu menjadi pendendam, mempunyai sifat
agresi, miskin hubungan kemanusiaan, emosinya dingin dan beku, tidak memiliki
super ego, adanya penolakan super ego dan hati nurani, serta prilaku psikotis,
retardasi mental, IQ rendah
C. Perilaku seksual normal dapat menyesuaikan
diri, bukan saja dengan tuntunan masyarakat, tetapi juga dengan kebutuhan
individu mengenai kebahagiaan, perwujudan diri sendiri, atau peningkatan
kemampuan individu untuk mengembangkan keperibadiannya menjadi lebih baik.
D. Mekanisme pertahanan ego merupakan suatu
proses unutk melindungi diri dari keadaan yang menyenagkan sehingga tidak akan
mudah terbawa-bawa oleh suasana.
A. SARAN
Dengan disusunnya makalah ini tentu mempunyai
manfaat nilai guna bagi pembaca dan kami sendiri. Kami berharap dengan
terselesainya makalah ini kita dapat memahami isi dan makna dan belajar dari
apa yang dibahas seperti pengertian, gejala, dan bentuk dari psikopat,
defisiensi moral dan abnormalitas seksual yang merupakan tuntunan dalam menghadapi
kehidupan sehari-hari, kita akan tahu mana suatu hal perbuatan yang baik dan
yang tidak, bagaimana kita memandang permasalahan yang menyimpang pada diri
seseorang sehingga kita bisa menggolongkan seseorang tersebut apakah termasuk
psikopat, defisiensi moral, atau abnormalitas seksual. Dan, semoga makalah ini
dapat membangkitkan kesadaran dan semangat baru dalam diri kita untuk
mengembangkan dan menelusuri pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat,A.Aziz Alimul.2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan,
Surabaya: Salemba Medika.
Sarwono, Sarlito Wirawan.1983.Teori-Teori Psikologi Sosial, Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Suyati, Sri. dkk. 1995. Psikologi Industri dan Sosial, Semarang
: Pustaka Jaya.
Hello
BalasHapusSaya suka
:) http://m.facebook.com/ahmad.syaehudin