SISTEM EKSRESI
Sistem ekskresi adalah suatu alat di dalam tubuh yang berguna untuk
mengeluarkan zat-zat sisa dari dalam tubuh dalam bentuk air seni (urin atau air
kemih). Sistem ekskresi terdiri atas 2 buah ginjal (kanan dan kiri), 2 buah
saluran kemih bagian atas (ureter, yang mengalirkan urin dari ginjal ke kandung
kemih) dan bawah (urethra, yang mengalirkan kemih dari kandung kemih keluar
tubuh), 1 (satu) buah kandung kemih. Dalam keadaan normal, urin dalam saluran
kemih bersifat steril, namun bila ditemukan bakteri, maka telah terjadi Infeksi
Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih disebabkan karena bakteri, seperti Escherichia
coli, Klebsiella, Proteus, Enterococci, Streptoccocus dan masih banyak lagi.
Bakteri Escherichia coli memang tidak menganggu di dalam usus besar, tapi bila
masuk ke dalam kandung kemih, akan menjadi masalah.
Gejala yang timbul berbeda-beda tergantung dari jenis infeksi saluran
kemih yang diderita. Beberapa jenis infeksi salura kemih, antara lain:
a.
Urethtritis (radang pada urethra)
Pada Pria, umumnya ditandai dengan keluarnya cairan
dari lubang urethra berupa nanah atau lendir berwarna keputih-putihan.
Sedangkan pada wanita, ditandai dengan rasa panas saat membuang urin,
anyang-anyangan (keluarnya urin hanya sedikit-sedikit dan tersendat-sendat),
timbul peradangan pada mulut lubang urethra dan merasa kesakitan ketika
melakukan hubungan seksual.
b.
Cystitis akut (radang pada kandung kemih yang akut)
Ditandai dengan rasa panas saat membuang urin, sering
membuang urin pada malam hari, anyang-anyangan dan rasa nyeri yang hebat pada
bagian bawah (di kandung kemih dan pinggang bagian bawah). Bagi wanita, juga
disertai urin berdarah karena infeksi.
c.
Bila timbul pada pinggang bagian atas diikuti oleh
demam, mengigil, mual, muntah dan lemah, ini menunjukkan adanya infeksi dan
peradangan pada saluran kemih bagian atas (ureteritis), bahkan sampai ke ginjal
Infeksi saluran kemih biasanya menyerang wanita. Hal
ini dikarenakan urethra atau saluran kemih bawah pria (saluran yang
menghubungkan kandung kemih dengan pengeluaran) lebih panjang, yaitu 20 cm
sedangkan wanita sangat pendek (berkisar 2,5-3,5 cm) sehingga kontak dengan
udara luar lebih mudah dan bakteri lebih mudah masuk. Infeksi saluran kemih
juga dapat menyerang pada wanita hamil, karena pada saat ini, saluran kemih
mengendur sehingga bakteri mudah masuk. Selain itu juga karena janin menekan
kandung kemih sehingga saluran kemih tersumbat Pada pria, umumnya infeksi ini
terjadi pada usia 50 tahun, karena adanya pembesaran prostat yang dapat
menghambat pengeluaran urin.
Infeksi saluran kemih dapat dihindari dan dicegah
melalui pemeliharaan kebersihan pribadi, perbanyak minum agar bakteri penyebab
infeksi keluar bersama dengan keluarnya urin, kurangi minuman beralkohol karena
dapat mengentalkan urin sehingga urin sulit keluar dan bakteri tidak dapa ikut
keluar bersama urin. Jangan menahan buang air kecil, karena akan menganggu
kandung kemih dan membantu bakteri berkembang biak.
Sistem ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya melibatkan organ
paru-paru, kulit, ginjal, dan hati. Namun yang terpenting dari keempat organ
tersebut adalah ginjal.
1. Ginjal
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang
berbentuk mirip kacang. Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi
menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air
dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan
penyakitnya disebut nefrologi.
Lokasi
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di
belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang
belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat
kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).
Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak
di belakang peritoneum yang melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di
sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah
ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga
ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak
perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.
Struktur detail
Pada orang dewasa, setiap ginjal memiliki ukuran
panjang sekitar 11 cm dan ketebalan 5 cm dengan berat sekitar 150 gram. Ginjal
memiliki bentuk seperti kacang dengan lekukan yang menghadap ke dalam. Di tiap
ginjal terdapat bukaan yang disebut hilus yang menghubungkan arteri renal, vena
renal, dan ureter.
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian
lebih dalam lagi disebut medulla. Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada
bagian medulla ginjal manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan
bukaan saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar
yang disebut kapsula.
Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang
dapat berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia
dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama
elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi
cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya
akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme
pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan
disebut urin.
Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring
yang disebut korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh
saluran-saluran (tubulus).
Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah
yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus
mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus
memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring
melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman
karena adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang
dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan
meninggalkan ginjal lewat arteri eferen.
Di antara darah dalam glomerulus dan ruangan berisi
cairan dalam kapsula Bowman terdapat tiga lapisan:
1.
Kapiler selapis sel endotelium pada glomerulus
2.
Lapisan kaya protein sebagai membran dasar
3.
Selapis sel epitel melapisi dinding kapsula Bowman
(podosit)
Dengan bantuan tekanan, cairan dalan darah didorong
keluar dari glomerulus, melewati ketiga lapisan tersebut dan masuk ke dalam
ruangan dalam kapsula Bowman dalam bentuk filtrat glomerular.
Filtrat plasma darah tidak mengandung sel darah
ataupun molekul protein yang besar. Protein dalam bentuk molekul kecil dapat
ditemukan dalam filtrat ini. Darah manusia melewati ginjal sebanyak 350 kali
setiap hari dengan laju 1,2 liter per menit, menghasilkan 125 cc filtrat
glomerular per menitnya. Laju penyaringan glomerular ini digunakan untuk tes
diagnosa fungsi ginjal.
Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman.
Bagian yang mengalirkan filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus
konvulasi proksimal. Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle yang bermuara
pada tubulus konvulasi distal.
Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu
Friedrich Gustav Jakob Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga
gradien osmotik dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel
yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan
memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk menyerap kembali glukosa, asam
amino, dan berbagai ion mineral. Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk
ke dalam tubulus konvulasi dan tubulus kolektivus melalui osmosis.
Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam
sistem pengumpul yang terdiri dari:
a.
Tubulus penghubung
b.
Tubulus kolektivus kortikal
c.
Tubulus kloektivus medularis
Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri
aferen disebut aparatus juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel
juxtaglomerular. Sel juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan
sekresi renin
Cairan menjadi makin kental di sepanjang tubulus dan
saluran untuk membentuk urin, yang kemudian dibawa ke kandung kemih melewati
ureter.
Fungsi homeostasis ginjal
Ginjal mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan
komposisi air dalam darah. The kidney regulates the pH, mineral ion
concentration and water composition of the blood.
Ginjal mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4
melalui pertukaran ion hidronium dan hidroksil. Akibatnya, urin yang dihasilkan
dapat bersifat asam pada pH 5 atau alkalis pada pH 8.
Kadar ion natrium dikendalikan melalui sebuah proses
homeostasis yang melibatkan aldosteron untuk meningkatkan penyerapan ion
natrium pada tubulus konvulasi.
Kenaikan atau penurunan tekanan osmotik darah karena
kelebihan atau kekurangan air akan segera dideteksi oleh hipotalamus yang akan
memberi sinyal pada kelenjar pituitari dengan umpan balik negatif. Kelenjar
pituitari mensekresi hormon antidiuretik (vasopresin, untuk menekan sekresi air)
sehingga terjadi perubahan tingkat absorpsi air pada tubulus ginjal. Akibatnya
konsentrasi cairan jaringan akan kembali menjadi 98%.
Dialisis dan transplantasi ginjal
Umumnya, seseorang dapat hidup normal dengan hanya
satu ginjal. Bila kedua ginjal tidak berfungsi normal, dialisis dilakukan, di
mana darah disaring di luar tubuh.
Transplantasi ginjal sekarang ini lumayan umum.
Transplantasi yang berhasil pertama kali diumumkan pada 4 Maret 1954 di Rumah
Sakit Peter Bent Brigham di Boston, Massachusetts.
Operasi ini dilakukan oleh Dr. Joseph E. Murray, yang pada 1990 menerima
Penghargaan Nobel dalam fisiologi atau kedokteran.
Transplantasi ginjal dapat dilakukan secara
"cadaveric" (dari seseorang yang telah meninggal) atau dari donor
yang masih hidup (biasanya anggota keluarga). Ada beberapa keuntungan untuk transplantasi
dari donor yang masih hidup, termasuk kecocokan lebih bagus, donor dapat dites
secara menyeluruh sebelum transplantasi dan ginjal tersebut cenderung memiliki
jangka hidup yang lebih panjang.
Fungsi utama ginjal adalah mengekskresikan zat-zat
sisa metabolisme yang mengandung nitrogen misalnya amonia. Amonia adalah hasil
pemecahan protein dan bermacam-macam garam, melalui proses deaminasi atau
proses pembusukan mikroba dalam usus. Selain itu, ginjal juga berfungsi
mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan, misalnya vitamin yang larut dalam
air; mempertahankan cairan ekstraselular dengan jalan mengeluarkan air bila
berlebihan; serta mempertahankan keseimbangan asam dan basa. Sekresi dari ginjal
berupa urin.
a.
Struktur Ginjal
Bentuk ginjal seperti kacang merah, jumlahnya sepasang
dan terletak di dorsal kiri dan kanan tulang belakang di daerah pinggang. Berat
ginjal diperkirakan 0,5% dari berat badan, dan panjangnya ± 10 cm. Setiap menit
20-25% darah dipompa oleh jantung yang mengalir menuju ginjal.
Ginjal terdiri dari tiga bagian utama yaitu:
a.
Korteks (bagian luar)
b.
Medulla (sumsum ginjal)
c.
Pelvis renalis (rongga ginjal).
Bagian korteks ginjal mengandung banyak sekali nefron
± 100 juta sehingga permukaan kapiler ginjal menjadi luas, akibatnya perembesan
zat buangan menjadi banyak. Setiap nefron terdiri atas badan Malphigi dan
tubulus (saluran) yang panjang. Pada badan Malphigi terdapat kapsul Bowman yang
bentuknya seperti mangkuk atau piala yang berupa selaput sel pipih. Kapsul
Bowman membungkus glomerulus. Glomerulus berbentuk jalinan kapiler arterial.
Tubulus pada badan Malphigi adalah tubulus proksimal yang bergulung dekat
kapsul Bowman yang pada dinding sel terdapat banyak sekali mitokondria. Tubulus
yang kedua adalah tubulus distal.
Pada rongga ginjal bermuara pembuluh pengumpul. Rongga
ginjal dihubungkan oleh ureter (berupa saluran) ke kandung kencing (vesika
urinaria) yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara urin sebelum
keluar tubuh. Dari kandung kencing menuju luar tubuh urin melewati saluran yang
disebut uretra.
b.
Proses-proses di dalam Ginjal
Di dalam ginjal terjadi rangkaian prows filtrasi,
reabsorbsi, dan augmentasi.
1. Penyaringan
(filtrasi)
Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul
Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori
(podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan. Beberapa faktor yang
mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan permeabilitias yang
tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula
pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein
plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino,
natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan
dan menjadi bagian dari endapan.
Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat
glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak
mengandung protein. Pada filtrat glomerulus masih dapat ditemukan asam amino,
glukosa, natrium, kalium, dan garamgaram lainnya.
2. Penyerapan
kembali (Reabsorbsi)
Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus.
Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada
tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada
tubulus kontortus distal.
Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam
amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada
filtrat dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari
178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini
direabsorbsi beberapa kali.
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan
menghasilkan urin seku Zder yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer.
Pada urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi.
Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah,
misalnya ureum dari 0,03, dalam urin primer dapat mencapai 2% dalam urin
sekunder.
Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula
dan asam mino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa
osn osis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
3. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea
yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan
lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain,
misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warm dan bau pada urin.
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa
yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul
sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan
tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana
komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter
menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa
sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan
materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi
urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi
tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa.
Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai
senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh.
Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea
yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan
dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu
penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes
akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa
seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh.
Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang
"kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal
dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan
mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing
yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir tidak berbau
ketika keluar dari tubuh. Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh,
bakteri akan mengkontaminasi urin dan mengubah zat-zat di dalam urin dan
menghasilkan bau yang khas, terutama bau amonia yang dihasilkan dari urea.
Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang
tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air.
Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat.
Terapi urin Amaroli adalah salah satu usaha pengobatan
tradisional India,
Ayurveda.
Dukun Aztec menggunakan urin untuk membasuh luka luar
sebagai pencegah infeksi dan diminum untuk meredakan sakit lambung dan usus.
Bangsa Romawi kuno menggunakan urin sebagai pemutih
pakaian.
Di Siberia, orang Kroyak meminum urin orang yang telah
mengkonsumsi fly agaric (sejenis jamur beracun yang menyebabkan halusinasi
bahkan kematian) atau sejenisnya untuk berkomunikasi dengan roh halus.
Dahulu di Jepang, urin dijual untuk dibuat menjadi
pupuk.
Penggunaan urin sebagai obat telah dilakukan oleh
banyak orang, diantara mereka adalah Mohandas Gandhi, Jim Morrison, dan Steve
McQueen.
Hal-hal yang Mempengaruhi Produksi
Urin
Hormon anti diuretik (ADH) yang dihasilkan oleh
kelenjar hipofisis posterior akan mempengaruhi penyerapan air pada bagian
tubulus distal karma meningkatkan permeabilitias sel terhadap air. Jika hormon
ADH rendah maka penyerapan air berkurang sehingga urin menjadi banyak dan
encer. Sebaliknya, jika hormon ADH banyak, penyerapan air banyak sehingga urin
sedikit dan pekat. Kehilangan kemampuan mensekresi ADH menyebabkan penyakti
diabetes insipidus. Penderitanya akan menghasilkan urin yang sangat encer.
Selain ADH, banyak sedikitnya urin dipengaruhi pula
oleh faktor-faktor berikut :
a.
Jumlah air yang diminum
Akibat banyaknya air yang diminum, akan menurunkan
konsentrasi protein yang dapat menyebabkan tekanan koloid protein menurun
sehingga tekanan filtrasi kurang efektif. Hasilnya, urin yang diproduksi
banyak.
b.
Saraf
Rangsangan pada saraf ginjal akan menyebabkan
penyempitan duktus aferen sehingga aliran darah ke glomerulus berkurang.
Akibatnya, filtrasi kurang efektif karena tekanan darah menurun.
c.
Banyak sedikitnya hormon insulin
Apabila hormon insulin kurang (penderita diabetes
melitus), kadar gula dalam darah akan dikeluarkan lewat tubulus distal.
Kelebihan kadar gula dalam tubulus distal mengganggu proses penyerapan air,
sehingga orang akan sering mengeluarkan urin.
Ginjal merupakan organ yang menyelenggarakan Homeostasis.
Ginjal terdiri dari :
- Bagian Korteks yang berisi Nefron (terdiri dari Glomerulus dan Kapsula Bowman).
- Bagian Medula yang berisi Tubulus Ginjal.
Tahapan Pembentukan Urine
- Reaksi Filtrasi
- Reaksi Rearsorbsi
- Reaksi Ekskresi (Augmentasi)
Proses Pembentukan Urine
Darah difiltrasi menjadi Filtrat Glomerulus (Urine
Primer) Þ reabsorbsi di Tubulus Kontortus Proksimal menjadi Filtrat Tubulus
(Urine Sekunder) Þ augmentasi di Tubulus Kontortus Distal Þ U R I N E.
Jumlah Urine Dipengaruhi oleh:
F
Jumlah cairan yang diminum (Balans cairan).
F
Jumlah garam yang masuk.
F
Hormon Antidiuretika (ADH) yang dihasilkan oleh
kelenjar hipofisis ..postenor. Defisisensi hormon akan menyebabkan penyakit
Diabetes ..Insipidus --> jumlah urine yang keluar terlalu banyak.
Metabolisme Protein Hingga Menghasilkan Urea
- ORNITIN + NH3 + COz 4 SITRULIN
- SITRULIN + NH3 4 ARGININ
- ARGININ 4 ORNITIN + UREA
Reaksi ke-3 dibantu oleh enzim Arginase, Sitrulin, Arginin dan Ornitin
adalah nama asam amino.
2. Paru-paru (Pulmo)
Paru-paru adalah organ pada sistem pernapasan
(respirasi) dan berhubungan dengan sistem peredaran darah (sirkulasi)
vertebrata yang bernapas dengan udara. Fungsinya adalah menukar oksigen dari
udara dengan karbon dioksida dari darah. Prosesnya disebut pernapasan eksternal
atau bernapas. Paru-paru juga mempunyai fungsi nonrespirasi. Istilah kedokteran
yang berhubungan dengan paru-paru sering mulai di pulmo, dari kata Latin
pulmones untuk paru-paru.
Fungsi utama paru-paru adalah sebagai alat pernapasan.
Akan tetapi, karma mengekskresikan zat Sisa metabolisme maka dibahas pula dalam
sistem ekskresi. Karbon dioksida dan air hash metabolisme di jaringan diangkut
oleh darah lewat vena untuk dibawa ke jantung, dan dari jantung akan dipompakan
ke paru-paru untuk berdifusi di alveolus. Selanjutnya, H2O dan CO2 dapat
berdifusi atau dapat dieksresikan di alveolus paru-paru karena pada alveolus
bermuara banyak kapiler yang mempunyai selaput tipis.
Karbon dioksida dari jaringan sebagian besar (75%)
diangkut oleh plasma darah dalam bentuk senyawa HC03, sedangkan sekitar 25%
lagi diikat oleh Hb yang membentuk karboksi hemoglobin (HbC02).
3. Hati (Hepar)
Hati adalah sebuah organ dalam vertebrata, termasuk
manusia. Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki
beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein
plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam
pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam
hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.
Hati disebut juga sebagai alat ekskresi di samping
berfungsi sebagai kelenjar dalam sistem pencernaan. Hati menjadi bagian dari
sistem ekskresi karma menghasilkan empedu. Hati juga berfungsi merombak
hemoglobin menjadi bilirubin dap biliverdin, dap setelah mengalami oksidasi
akan berubah jadi urobilin yang memberi warna pada feses menjadi kekuningan.
Demikian juga kreatinin hash pemecahan protein, pembuangannya diatur oleh hati
kemudian diangkut oleh darah ke ginjal.
Jika saluran empedu tersumbat karena adanya endapan
kolesterol maka cairan empedu akan masuk dalam sistem peredaran darah sehingga
cairan darah menjadi lebih kuning. Penderitanya disebut mengalami sakit kuning.
1.
Anatomi dan fisiologis hati
Hati adalah
sebuah kelenjar terbesar dan kompleks dalam tubuh, berwarna merah kecoklatan,
yang mempunyai berbagai macam fungsi, termasuk perannya dalam membantu
pencernaan makanan dan metabolisme zat gizi dalam sistem pencernaan. Hati
manusia dewasa normal memiliki massa sekitar 1,4 Kg atau sekitar 2.5% dari
massa tubuh. Letaknya berada di bagian teratas rongga abdominal, disebelah
kanan, dibawah diagfragma dan
menempati hampir seluruh bagian dari hypocondrium kanan dan sebagian
epigastrium abdomen. Permukaan atas berbentuk cembung dan berada dibawah
diafragma, permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan fisura transverses. Permukaannya
dilapisi pembuluh darah yang keluar masuk hati.
Hampir
seluruh bagian dari organ hati dilapisi oleh peritoneum dan lapisan tebal dari
jaringan penghubung melapisi seluruh bagian hati, letaknya dibawah peritoneum.
Organ hati terbagi menjadi dua buah lobus, yakni lobus kanan yang lebih besar
serta lobus kiri, dipisahkan oleh ligament falciform.
Ligament falciform adalah bentuk lanjutan
dari parietal peritoneum yang
membujur dari permukaan bawah diaghfragma hingga ke bagian atas hati, diantara
dua lobus hati. Di antara dua lobus, ada bagian batas yang kosong dari
ligamental falciform yang dinamakan ligamentum teres (ligament keliling).
Memanjang dari hati hingga umbilicus.
Ligamentum teres seperti kawat
berserat yang ada di umbilicus pada janin. Bagian bawah hati juga dipisahkan
antara bagian kanan dan kiri oleh Fisura
longitudinal. Lobus kanan dirancang dengan banyak anatomi, yang terdiri
atas bagian depan yakni lobus kuadrate dan bagian belakang yakni
lobus kaudata. Menurut morfologi dasar, khususnya
aliran darah, lobus kuadrate dan lobus kaudata lebih tepat dianggap
sebagai bagian dari lobus kiri. Bentuk dari hati sangat disesuaikan dengan
keadaan sekitarnya. Terdapat bagian yang dinamakan permukaan depan (parietal surface atau anterior surface), dan permukaan
belakang (posterior surface atau visceral surface) yang memberikan
pengaruh pada lambung, usus halus, ginjal sebelah kanan, dan usus besar.
Pengaruh ini diakibatkan oleh vena kafa inferior yang menjadi batas penanda
antara lobus kiri dan lobus kaudata. Selain lobus kaudata, juga terdapat lobus
kaudrata yang terletak diantara lobus kiri dan kandung empedu.
Lobus-lobus
dari hati terdiri atas lobulus-lobulus. Sebuah lobulus terdiri atas sel-sel
epitel yang disebut sel-sel hati atau hepatosit. Disusun secara tak beraturan,
bercabang, berlapis-lapis dan dihubungkan langsung ke sebuah vena pusat.
Sel-sel ini mensekresikan cairan empedu. Diantara lapisan-lapisan sel tersebut
ada ruang endothelial-lined yang
disebut sinusoid-sinusoid yang diteruskan ke aliran darah. Sinusoid-sinusoid
juga sebagian terdiri atas sel-sel fagosit dan sel-sel kupffer yang merombak
sel-sel darah merah dan sel darah putih yang telah rusak, bakteri-bakteri dan
senyawa-senyawa beracun. Hati terdiri atas sinusoid-sinusoid yang bergantung
pada tipe pembuluh kapilernya. Hati menerima darah
dari usus dan jantung. Pembuluh darah kecil (kapiler) di dinding usus
mengalirkan darahnya ke dalam vena porta, yang akan masuk ke dalam hati.
Selanjutnya darah mengalir melalui saluran-saluran kecil di dalam hati, dimana
zat gizi yang dicerna dan berbagai zat yang berbahaya diproses. Arteri
hepatika membawa darah dari hati ke jantung. Darah ini membawa oksigen
untuk jaringan hati, kolesterol, dan zat lainnya. Darah dari usus dan jantung
kemudian bercampur dan mengalir kembali ke dalam jantung melalui vena
hepatika.
Kelainan pada hati bisa dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama yaitu:
Ø Kelainan yang disebabkan oleh gangguan fungsi
sel-sel di dalam hati (misalnya sirosis atau hepatitis)
Ø Kelainan yang disebabkan oleh adanya
penyumbatan aliran empedu dari hati melalui saluran empedu (misalnya batu
empedu atau kanker)
Gambar
1: Penampakan Hati Manusia (dilihat dari depan)
2.
Fungsi hati
Secara fisiologis, fungsi
utama dari hati adalah:
a)
Membantu dalam metabolisme karbohidrat
Fungsi hati
menjadi penting, karena hati mampu mengontrol kadar gula dalam darah. Misalnya,
pada saat kadar gula dalam darah tinggi, maka hati dapat mengubah glukosa dalam
darah menjadi glikogen yang kemudian disimpan dalam hati (Glikogenesis), lalu pada saat kadar gula darah menurun, maka cadangan
glikogen di hati atau asam amino dapat
diubah menjadi glukosa dan dilepakan ke dalam darah (glukoneogenesis) hingga
pada akhirnya kadar gula darah dipertahankan untuk tetap normal. Hati juga
dapat membantu pemecahan fruktosa dan galaktosa menjadi glukosa dan serta
glukosa menjadi lemak.
b)
Membantu metabolisme lemak
Membantu proses Beta oksidasi, dimana hati mampu menghasilkan asam lemak dari
Asetil Koenzim A. Mengubah kelebihan Asetil Koenzim A menjadi badan keton
(Ketogenesis). Mensintesa lipoprotein-lipoprotein saat transport asam-asam
lemak dan kolesterol dari dan ke dalam sel, mensintesa kolesterol dan
fosfolipid juga menghancurkan kolesterol menjadi garam empedu, serta menyimpan
lemak.
c)
Membantu metabolisme Protein
Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah dalam
deaminasi (mengubah gugus amino, NH2) asam-asam amino agar dapat
digunakan sebagai energi atau diubah menjadi karbohidrat dan lemak. Mengubah
amoniak (NH3) yang merupakan substansi beracun menjadi urea dan
dikeluarkan melalui urin (ammonia dihasilkan saat deaminase dan oleh bakteri-bakteri
dalam usus), sintesis dari hampir seluruh protein plasma, seperti a dan b
globulin, albumin, fibrinogen, dan protombin (bersama-sama dengan sel tiang,
hati juga membentuk heparin) dan transaminasi transfer kelompok amino dari asam
amino ke substansi (a-keto
acid) dan senyawa lain.
d) Menetralisir obat-obatan dan hormon
Hati dapat
berfungsi sebagai penetralisir racun, yakni pada obat-obatan seperti penisilin, ampisilin, erythromisin,
dan sulfonamide juga dapat mengubah sifat-sifat kimia atau mengeluarkan hormon
steroid, seperti aldosteron dan estrogen serta tiroksin.
e)
Mensekresikan cairan empedu
Bilirubin, yang berasal dari heme pada saat
perombakan sel darah merah, diserap oleh hati dari darah dan dikeluarkan ke
empedu. Sebagian besar dari bilirubin di cairan empedu di metabolisme di usus
oleh bakteri-bakteri dan dikeluarkan di feses.
Dalam proses konjugasi yang berlangsung di dalam
retikulum endoplasma sel hati tersebut, mekanisme yang terjadi adalah
melekatnya asam glukuronat (secara enzimatik) kepada salah satu atau kedua
gugus asam propionat dari bilirubin. Hasil konjugasi (yang kita sebut sebagai
bilirubin terkonjugasi) ini, sebagian besar berada dalam bentuk diglukuronida
(80%), dan sebagian kecil dalam bentuk monoglukuronida.
Penempelan gugus glukuronida pada gugus propionat
terjadi melalui suatu ikatan ester, sehingga proses yang terjadi disebut proses
esterifikasi. Proses esterifikasi tersebut dikatalisasi oleh suatu enzim yang
disebut bilirubin uridin-difosfat glukuronil transferase (lazimnya disebut
enzim glukuronil transferase saja), yang berlokasi di retikulum endoplasmik sel
hati.
Akibat konjugasi tersebut, terjadi perubahan sifat
bilirubin. Perbedaan yang paling mencolok antara bilirubin terkonjugasi dan
tidak terkonjugasi adalah sifat kelarutannya dalam air dan lemak. Bilirubin
tidak terkonjugasi bersifat tidak larut dalam air, tapi mempunyai afinitas
tinggi terhadap lemak. Karena sifat
inilah, bilirubin tak terkonjugasi tidak akan diekskresikan ke urin. Sifat yang
sebaliknya terdapat pada bilirubin terkonjugasi.
Karena
kelarutannya yang tinggi pada lemak, bilirubin tidak terkonjugasi dapat larut
di dalam lapisan lemak dari membran sel. Peningkatan dari bilirubin tidak terkonjugasi dapat menimbulkan efek yang sangat tidak
kita inginkan, berupa kerusakan jaringan otak. Hal ini terjadi karena otak
merupakan jaringan yang banyak mengandung lemak.
f)
Mensintesis garam-garam empedu
Garam-garam empedu digunakan oleh usus kecil untuk
mengemulsi dan menyerap lemak, fosfolipid, kolesterol, dan lipoprotein.
g)
Sebagai tempat penyimpanan
Selain glikogen, hati juga digunakan sebagai tempat
menyimpan vitamin (A, B12, D, E, K) serta mineral (Fe dan Co).
Sel-sel hati terdiri dari sebuah protein yang disebut apoferritin yang
bergabung dengan Fe membentuk Ferritin sehingga Fe dapat disimpan di hati. Fe
juga dapat dilepaskan jika kadarnya didarah turun.
h)
Sebagai fagosit
Sel-sel Kupffer’s dari hati mampu memakan sel darah
merah dan putih yang rusak serta bakteri.
i)
Mengaktifkan vitamin D
Hati dan
ginjal dapat berpartisipasi
dalam mengaktifkan vitamin D.
j)
Menghasilkan kolesterol
tubuh
Hati menghasilkan sekitar separuh kolesterol
tubuh, sisanya berasal dari makanan. Sekitar 80% kolesterol yang dibuat di hati
digunakan untuk membuat empedu. Kolesterol merupakan bagian penting dari setiap
selaput sel dan diperlukan untuk membuat hormon-hormon tertentu (termasuk
hormon estrogen, testosteron dan hormonadrenal).
Gambar 2: Letak hati manusia dalam rongga tubuh.
KANDUNG EMPEDU
Nama lain dari kandung empedu adalah Gallbladder,
yakni tempat cairan empedu dikumpulkan sebelum disekresikan kedalam usus halus.
1.
Anatomi dan fisiologi kandung empedu
Kandung empedu merupakan kantong otot kecil yang berfungsi untuk menyimpan cairan empedu (cairan
pencernaan berwarna kuning kehijauan yang dihasilkan oleh hati). Kandung empedu memiliki bentuk seperti
buah pir dengan panjang 7-10 cm dan merupakan membran berotot. Terletak didalam
fossa dari permukaan visceral hati. Kandung empedu terbagi kedalam sebuah
fundus, badan dan leher.
Bagian-bagian
dari kandung empedu, terdiri atas:
Ø Fundus vesikafelea, merupakan bagian
kandung empedu yang paling akhir setelah korpus vesikafelea.
Ø Korpus vesikafelea, bagian dari kandung
empedu yang didalamnya berisi getah empedu. Getah empedu adalah suatu cairan
yang disekeresi oleh sel hati sebanyak 500-1000 cc setiap harinya, sekresinya
berjalan terus menerus, jumlah produksi cairan empedu dapat meningkat pada saat
mencerna lemak.
Ø Leher kandung empedu. Merupakan saluran
pertama tempat masuknya getah empedu ke badan kandung empedu lalu berkumpul dan
dipekatkan dalam kandung empedu.
Ø Duktus sistikus. Panjangnya kurang lebih 3
¾ cm. berjalan dari leher kandung empedu dan bersambung dengan duktus hepatikus
membentuk saluran empedu ke duodenum.
Ø Duktus hepatikus, saluran yang keluar dari
leher.
Ø Duktus koledokus saluran yang membawa
empedu ke duodenum.
Kandung
empedu tidak memiliki submukosa. Pembungkus pada kandung empedu terdiri dari
tiga lapis, yakni permukaan luar dari kandung empedu adalah Visceral peritoneum, pada bagian tengah,
otot dari dindingnya terdiri dari serat otot halus (sel), dan disebelah dalam
merupakan membran mukosa yang tersambung dengan lapisan saluran empedu. Membran
mukosanya terdiri atas sel-sel epitel sederhana yang berbentuk sel tiang
(silinder), disusun menyerupai epitel pada permukaan lambung yang mengeluarkan
sekret musin dan cepat mengabsorpsi air dan elektrolit, tetapi tidak
mensekresikan garam-garam empedu dan pigmen, karena itu, cairan empedu menjadi
pekat. Kontraksi dari otot tersebut dipengaruhi oleh sistem hormonal yang
menyebabkan isi dari kandung empedu (cairan empedu) masuk ke pembuluh cystic.
Gambar 3: Letak
kandung empedu (gallbladder)
2. Fungsi kandung empedu
Kandung empedu memiliki fungsi sebagai tempat
menyimpan cairan empedu dan memekatkan cairan empedu yang ada didalamnya dengan cara mengabsorpsi air dan
elektrolit. Cairan empedu ini adalah
cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel hati.
Pada
individu normal, cairan empedu mengalir ke kandung empedu pada saat katup Oddi
tertutup. Dalam kandung empedu, cairan empedu dipekatkan dengan mengabsorpsi
air. Derajat pemekatannya diperlihatkan oleh peningkatan konsentrasi zat-zat
padat. Cairan empedu yang dihasilkan oleh hati mengandung 97% air, sedangkan
kadar rata-rata air yang terkandung dalam cairan empedu yang telah tersimpan didalam
kandung empedu adalah 89%. Bila saluran empedu dan duktus sistikus dijepit,
maka tekanan dalam saluran empedu akan
naik sampai kira-kira 30 mm cairan empedu dalam 30 menit dan sekresi empedu
berhenti. Akan tetapi bila saluran empedu dijepit dan duktus sistikus dibiarkan
terbuka, air akan diabsorspi dalam kandung empedu dan tekanan intrafilier naik
hanya kira-kira 100 mm cairan empedu selama beberapa jam.
Cairan yang
disekresikan oleh sel-sel hepatosit dalam organ hati adalah cairan yang
berwarna kekuningan atau kecoklatan atau kuning kehijauan yang disekresikan
oleh sel-sel hati. Setiap hari sel-sel hati mensekresikan 800-1000 ml cairan
empedu dengan pH sekitar 7,6-8,6. Cairan empedu sebagian besar terdiri atas
air, garam-garam empedu, kolesterol, dan sebuah fosfolipid (lesitin),
pigmen-pigmen empedu dan beberapa ion-ion, serta zat-zat lain yang ada dalam
larutan elektrolit alkali yang mirip dengan getah pankreas.
Fungsi empedu adalah untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama pigmen
hasil pemecahan sel darah merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu
pencernaan dan penyerapan lemak. Garam empedu menyebabkan meningkatnya
kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga
membantu penyerapannya dari usus. Hemoglobin yang berasal dari
penghancuran sel darah merah diubah menjadi bilirubin (pigmen utama dalam
empedu) dan dibuang ke dalam empedu. Berbagai protein yang memegang peranan
penting dalam fungsi empedu juga disekresi dalam empedu.
3.
Proses pembentukkan empedu
Empedu sebagian
besar adalah hasil dari excretory dan sebagian
adalah sekresi dari pencernaan. Garam-garam empedu termasuk ke dalam
kelompok garam natrium dan kalium dari asam empedu yang berkonjugasi dengan
glisin atau taurin suatu derifat atau turunan dari sistin, mempunyai peranan
sebagai pengemulsi, penghancuran dari molekul-molekul besar lemak menjadi
suspensi dari lemak dengan diameter ± 1mm dan absorpsi dari lemak,
tergantung dari sistem pencernaannya. Terutama setelah garam-garam empedu
bergabung dengan lemak dan membentuk Micelles
(agergat dari asam lemak, kolesterol dan monogliserida), kompleks yang
larut dalam air sehingga lemak dapat lebih mudah terserap dalam sistem
pencernaan (efek hidrotrofik). Ukuran lemak yang sangat kecil sehingga
mempunyai luas permukaan yang lebar sehingga kerja enzim lipase dari pankreas
yang penting dalam pencernaan lemak dapat berjalan dengan baik. Kolesterol
larut dalam empedu karena adanya garam-garam empedu dan lesitin.
Gambar
4: bagian-bagian kandung empedu
Zat-zat yang dibentuk dalam empedu antara lain adalah:
Bilirubin, yang juga dikenal sebagai pigmen empedu,
merupakan hasil dari metabolisme hem. Hem, yang merupakan bagian nonprotein
dari hemoglobin, akan mengalami perubahan lagi menjadi biliverdin, lalu
bilirubin. Keseluruhan proses perubahan ini berlangsung di hati. Sekitar 70-80%
bilirubin diperoleh dari pemecahan hem yang berasal dari hemoglobin ini, dan
20-25% berasal dari protein hem lain seperti mioglobin, sitokrom (yang
mengandung hem) dan katalase. Sebagian kecil diperoleh dari penghancuran sel
eritroid muda (akibat eritropoesis yang tidak efektif).
Dalam metabolismenya, struktur bilirubin yang
dihasilkan dari perubahan-perubahan hemoglobin itu bersifat tidak larut dalam
air, tetapi sangat larut dalam lemak. Karena sifat tidak larut dalam air ini,
maka di dalam plasma darah, bilirubin harus diangkut dengan bantuan suatu
pembawa (karier), dan karier fisiologis tersebut adalah albumin serum.
Bilirubin dalam bentuk ikatan bilirubin-albumin akan beredar di dalam sirkulasi
darah, untuk kemudian masuk ke dalam sel hati. Pada permukaan sinusoid hati,
bilirubin tidak terkonjugasi akan melepaskan diri dari ikatannya dengan
albumin, dan masuk melalui membran sel hati dengan cara difusi (facilitated
diffusion).
Di dalam sel hati (hepatosit), bilirubin diikat oleh 2
protein intraseluler utama dalam sitoplasma, protein sitosolik Y (misalnya,
ligandin atau glutathione S-transferase B) dan protein sitosolik z (dikenal
juga sebagai fatty acid–binding protein [FABP]).
Agar bilirubin dapat diekskresikan ke dalam empedu
(untuk kemudian dikeluarkan ke usus), terlebih dulu ia harus dibuat dapat larut
dalam air. Untuk mencapai maksud tersebut, maka di dalam sel parenkim hati,
sebagian besar bilirubin akan dikonjugasikan dengan asam glukuronat.
Dua asam empedu utama (primer) yang dibentuk dalam
hati adalah asam kolat dan asam kenodeoksikolat. Dalam usus besar, bakteri
mengubah asam kenodoeksikolat dan asam deoksikolat menjadi asam litokolat.
Karena asam deoksikolat dan asam litokolat di bentuk oleh kerja bakteri, asam
deoksikolat dan asam litokolat dinamakan asam empedu sekunder. Konjugasi
asam-asam terjadi dalam empedu dan konjugatnya, misalnya asam glikokolat dan
asam taurokolat membentuk garam natrium dan garam kalium dalam empedu hati yang
bersifat alkali.
Tabel 1: Susunan empedu manusia (Ganong,
1983).
Air
|
97,0%
|
Garam empedu
|
0,7%
|
Pigmen empedu
|
0,2%
|
Kolesterol
|
0.06%
|
Garam
anorganik
|
0.7%
|
Asam lemak
|
0.15%
|
Lesitin
|
0.1%
|
Lemak
|
0.1%
|
Alkali
fosfatase
|
…
|
4.
Proses
sekresi empedu
Empedu mengandung beberapa
komponen diantaranya yaitu garam empedu, figmen empedu, elektroloit, kolesterol
dan lemak. Namun yang akan di bahas terkait
dengan eksekresi getah empedu yaitu garam empedu dan pigmen hati terutama
bilirubin.
Garam
empedu
Sebelum makan, garam-garam
empedu menumpuk di dalam kandung empedu dan hanya sedikit empedu yang mengalir
dari hati. Makanan di dalam duodenum memicu serangkaian sinyal hormonal dan sinyal
saraf sehingga kandung empedu berkontraksi. Sebagai akibatnya, empedu mengalir ke
dalam duodenum dan bercampur dengan makanan.
Garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang
larut dalam lemak untuk membantu proses penyerapan. Garam empedu merangsang
pelepasan air oleh usus besar untuk membantu menggerakkan isinya.
Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan
dialirkan kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai
Sirkulasi enterohepatik.
Jumlah
rata-rata sekresi empedu tergantung oleh berbagai faktor. Rangsangan dari vagal dapat meningkatkan produksi empedu
hingga dua kali lipat lebih banyak. Hormon sekretin yang merangsang sintesis
dari cairan pankreas yang kaya akan Na-bikarbonat, juga merangsang sekresi
empedu. Ketika aliran darah yang melalui hati meningkat, maka sekresi dari
empedu juga akan meningkat. Keberadaan jumlah garam empedu yang tinggi di darah
juga akan meningkatkan sekresi empedu.
Bila
makanan masuk ke mulut, resistensi katup Oddi menurun. Asam lemak dalam
duodenum mengeluarkan hormon kolesistokinin (CCK), yang menyebabkan kandung
empedu berkontraksi. Asam
hasil pencernaan protein dan Ca2+ juga merangsang sekresi CCK.
Zat-zat yang menyebabkan kontraksi kandung empedu dinamakan kolagogue. Pembentukan empedu ditambah
dengan rangsangan nervus vagus oleh hormon sekretin meningkatkan kadar air dan
HCO3- empedu. Zat-zat yang meningkatkan sekresi dinamakan
koleretik. Garam empedu sendiri
merupakan koleretik fisiologis yang penting. Sebenarnya garam-garam empedu yang
direabsorpsi dari usus menghambat sintesis asam-asam empedu yang baru, tetapi
garam-garam empedu sendiri disekresi dengan cepat dan jelas meningkatkan aliran
empedu.
Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan,
lalu keduanya bergabung membentuk duktus hepatikus utama. Duktus
hepatikus utama bergabung dengan saluran yang berasal dari kandung empedu (duktus
sistikus) membentuk saluran empedu utama. Saluran empedu utama masuk
ke usus bagian atas pada katup oddi, yang terletak beberapa sentimeter
dibawah lambung. Sekitar separuh empedu dikeluarkan diantara jam-jam makan dan
dialirkan melalui duktus sistikus ke dalam kandung empedu. sisanya langsung
mengalir ke dalam saluran empedu utama, menuju ke usus halus. Jika kita makan,
kandung empedu akan berkontraksi dan mengosongkan empedu ke dalam usus untuk
membantu pencernaan lemak dan vitamin-vitamin tertentu.
Laju aliran dari empedu terjadi paling lambat pada saat puasa, dan sebagian
besar empedu dialihkan ke kantung empedu (gallbladder) untuk dikonsentratkan.
Ketika chyme dari makanan yang telah dicerna memasuki usus halus, asam lemak
dan protein menstimulir sekresi dari sekretin dan kolesistokinin. Hormon-hormon
ini mempunyai pengaruh yang amat penting pada sekresi eksokrin dari pankreas.
Hormon-hormon tersebut juga penting untuk sekresi dan aliran empedu.
·
Kolesistokinin : Nama dari hormon ini menggambarkan efeknya terhadap sistem
empedu. Kolesisto = gallbladder (kandung empedu) dan kinin = pergerakan. Rangsangan
yang paling berpotensi untuk dapat dilepaskannya hormon ini adalah kehadiran
lemak di duodenum. Sekali dilepaskan , kolesistokinin akan menstimulir
kontraksi dari kandung kemih dan saluran empedu yang akan mengakibatkan empedu
dapat disampaikan ke dalam usus.
·
Sekretin : Hormon ini disekresikan untuk bertanggung jawab terhadap asam di duodenum. Pengaruhnya pada
sistem empedu sangat mirip dengan apa yang terjadi di pankreas. Sekretin
menstimulir sel-sel saluran empedu untuk mensekresikan bikarbonat dan air, yang
akan memperbesar volume dari empedu dan meningkatkan daya alirnya menuju usus
halus
5.
Proses reabsorpsi cairan empedu
Proses
penyerapan garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati
dan dialirkan kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik. Seluruh garam empedu di dalam
tubuh mengalami sirkulasi sebanyak 10-12 kali/hari. Dalam setiap sirkulasi,
sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam usus besar (kolon). Di dalam kolon,
bakteri memecah garam empedu menjadi berbagai unsur pokok. Beberapa dari unsur
pokok ini diserap kembali dan sisanya dibuang bersama tinja.
Sekitar separuh empedu ini
dikeluarkan diantara jam-jam makan dan dialirkan melalui duktus sistikus ke
dalam kandung empedu. Sisanya langsung mengalir ke dalam saluran empedu utama, menuju ke usus
halus. Jika kita makan, kandung empedu akan berkontraksi dan mengosongkan
empedu ke dalam usus untuk membantu pencernaan lemak dan vitamin-vitamin
tertentu.
4. Kulit (Cutis)
Kulit adalah lapisan terluar pada tubuh manusia. Kulit
dibagi menjadi 3 bagian: bagian terluar disebut epidermis, bagian tengah
mesodermis, dan bagian dalam dermis. Kulit sangat sensitif terhadap pengaruh
lingkungan sekitar, seperti panas matahari, debu, dan asap knalpot.
Kulit berfungsi sebagai organ ekskresi karma
mengandung kelenjar keringat (glandula sudorifera) yang mengeluarkan 5% sampai
10% dari seluruh sisa metabolisme. Pusat pengatur suhu pada susunan saraf pusat
akan mengatur aktifitas kelenjar keringat dalam mengeluarkan keringat.
Keringat mengandung air, larutan garam, dap urea.
Pengeluaran keringat yang berlebihan bagi pekerja berat menimbulkan hilang
melanositnya garam-garam mineral sehingga dapat menyebabkan kejang otot dan
pingsan.
Selain berfungsi mengekskresikan keringat, kulit juga
berfungsi sebagai pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran, serangan
kuman, penguapan, sebagai organ penerima rangsang (reseptor), serta pengatur
suhu tubuh.
Kulit terdiri atas dua bagian utama yaitu: epidermis dan dermis.
a.
Epidermis (lapisan terluar) dibedakan lagi atas:
1.
Stratum korneum berupa zat tanduk (sel mati) dan selalu
mengelupas
2.
Stratum lusidum
3.
Stratum granulosum yang mengandung pigmen
4.
Stratum germinativum ialah lapisan yang selalu
membentuk sel-sel kulit ke arah luar.
b.
Dermis
Pada bagian ini terdapat akar rambut, kelenjar minyak,
pembuluh darah, serabut saraf, serta otot penegak rambut.
Kelenjar keringat akan menyerap air dan garam mineral
dari kapiler darah karena letaknya yang berdekatan. Selanjutnya, air dan garam
mineral ini akan dikeluarkan di permukaan kulit (pada pori) sebagai keringat. Keringat yang keluar
akan menyerap panas tubuh sehingga suhu tubuh akan tetap.
Dalam kondisi normal, keringat yang keluar sekitar 50
cc per jam. Jumlah ini akan berkurang atau bertambah jika ada faktor-faktor
berikut suhu lingkungan yang tinggi, gangguan dalam penyerapan air pada ginjal
(gagal ginjal), kelembapan udara, aktivitas tubuh yang meningkat sehingga
proses metabolisme berlangsung lebih cepat untuk menghasilkan energi, gangguan
emosional, dan menyempitnya pembuluh darah akibat rangsangan pada saraf
simpatik.
Struktur Kulit
Kulit adalah suatu struktur jaringan diperlengkapi
dengan pembungkus yang kedap air (waterproof) dan melindungi tubuh, mengandung
ujung-ujung saraf sensible (perasa) dan membentuk pengaturan suhu. Didalam
lapisan kulit yang lebih dalam terdapat banyak vaskularisasi dan ujung-ujung
saraf sensible sehingga bila terjadi penekanan setempat dalam waktu lama maka
sirkulasi akan mengalami gangguan.
Kulit terdiri dari beberapa lapisan, dari yang paling
luar sampai yang paling dalam, dan kulit tubuh dari satu bagian tubuh dengan
bagian yang lain sangat berbeda. Kulit di daerah wajah dan leher jauh berbeda
dengan ketebalan kulit di daerah telapak tangan dan kaki. Kulit menerima
stimulus sakit, perabaan dan perubahan temperatur.
Kelenjar Sebacea yang berada di dalam dermis, sel-sel
yang ada dalam kelenjar ini akan bergabung menimbun butir-butir lemak dan akan
dikeluarkan sebagai sebum (sekret kelenjar Sebacea, berupa zat kental setengah
cair yg terdiri dari lemak dan debris epitel) dan akan masuk kedalam folikel
rambut, mengalir mengikuti rambut menuju permukaan kulit.
Sekresi ini mengandung lemak, protein, garam dan air.
Sebum ini dapat berfungsi dalam cuaca dingin mempertahankan suhu badan dengan
cara menghalangi penguapan. Kelenjar ini terdapat banyak di kepala dan wajah
dan bentuk yang agak besar terdapat di sekitar lubang hidung, mulut dan telinga
luar.
Kelenjar keringat (sudorifera) terdapat di dalam subkutis
membentuk saluran keluar yang cukup panjang dan bermuara pada suatu lubang
kecil pada permukaan kulit, terutama terdapat pada telapak kaki dan tangan,
memberi stimulis untuk berkeringat pada suhu tinggi dan saat emosi meningkat.
Berkeringat karena emosi bisa tampak pada dahi, ketiak, telapak kaki dan
tangan.
Perubahan kulit meliputi: perubahan morfologi pada
kulit menua, biasanya menggambarkan kombinasi gambaran klinis perubahan
kronologik (alamiah) dan proses photo aging. Perubahan kronologik: terjadi
penipisan kulit, kulit menjadi kering, garis-garis normal kulit terlihat lebih
dalam, terdapat kekendoran, hilangnya elastisitas kulit, dapat timbul lesi
kulit.
Akibat photo aging: kulit menebal, kering, lebih
kasar, kerutan kulit lebih dalam, warna kulit kekuningan, timbul telaengktasi,
timbul bercak-bercak pigmentasi, dapat timbul keadaan-keadaan kulit seperti
karsinoma sel skuamosa, karsinoma sel basal dll.
Proses penuaan kulit: ada dua teori yaitu 1) akibat
genetik yang menurun dan 2) akibat dari kerusakan lingkungan. Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap proses penuaan kulit antara lain:
Genetik: dimana kondisi kulit pada orang-orang
tertentu mempunyai kecenderungan untuk mengalami penuaan lebih awal, seperti
kerut dan uban; Hormonal: sangat berperan terhadap perkembangan
kelenjar-kelenjar kulit dan folikel rambut, sehingga adanya perubahan hormonal
akan mengganggu fungsi organ-organ dalam kulit; Psikis: timbulnya stress psikis
yang terus menerus dapat menyebabkan kulit nampak cepat tua; Sinar matahari:
paparan sinar matahari dapat menimbulkan berbagai derajat kerusakan pada kulit
dan akhirnya dapat menyebabkan terjadinya penuaan pada kulit.
Derajat kerusakan tergantung dari lamanya paparan
serta dosis penyinaran yang diterima; Penyakit: beberapa penyakit tertentu
dapat mempercepat timbulnya penuaan kulit, antara lain: diabetes mellitus,
arteriosklerosis, penyakit auto imun dll; Pengaruh alkohol dan rokok: yang
menyebabkan gangguan peredaran darah sehingga nutrisi kulit terganggu dan
berakibat terganggunya pembentukan sel-sel kulit yang baru; Pengaruh
lingkungan: salah satu faktor yang terpenting yaitu paparan yang lama terhadap
sinar matahari.
Hal ini menjelaskan mengapa proses penuaan lebih jelas
pada bagian badan yang terbuka. Paparan sinar matahari kronik selama beberapa
tahun akan menimbulkan kerusakan kulit yang lebih berat dari penuaan kulit
secara kronologik (alamiah) dalam jangka waktu yang sama.
Hal-hal yang harus diperhatikan
untuk kesehatan kulit:
Peranan gizi yang sangat penting bagi kulit, termasuk
pula pertumbuhan rambut oleh karena jumlah zat makanan yang kita makan harus
sesuai dengan kebutuhan masing-masing, dengan melaksanakan menu yang baik dan
seimbang sehingga kulit senantiasa selalu bersinar dan cerah;
Hindari stres/ketegangan yang dapat mempercepat
penuaan dini pada kulit. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan perawatan
secara tepat, meliputi: pembersihan secara teratur, pemakaian pelindung
matahari, pelembab yang sesuai dengan jenis kulit;
Perawatan kesehatan kulit yang memerlukan tindakan
medis seperti: mengatasi/mengurangi dan merehabilitasi kerusakan (kecacatan)
akibat jerawat atau penyakit kulit yang dapat mengganggu penampilan kulit;
mengenal penyakit kulit secara dini, baik yang didapat akibat kosmetik atau
lingkungan ataupun yang didapat secara alamiah dari tubuh.
PENANGANAN GANGGUAN SISTEM EKSKRESI LAKRIMAL
A. Atresia Pungtum
Bila pungtum inferior tidak terbentuk, pemeriksaan
skintilografi dapat membantu penilaian sistim ekskresi keseluruhan. Mikroskop
operasi mutlak digunakan untuk mencani lokalisasi pungtum. Insisi berbentuk
bintang diteruskan dengan pemasang Cermin Dunia Kedokteran No. 87, 1993 43 an
suatu silicone plug yang dibiarkan di tempat selama tiga bulan. Irigasi
melewati plug akan memberikan hasil positif bila saluran ekskresi memang tidak
ada kelainan.
B. Sumbatan Kanalikulus
Pada sumbatan kanalikulus keberhasilan tindakan sangat
ditentukan oleh penyebab sumbatan. Pada kasus senilis, sumbatan ini sering oleh
penyempitan suatu saluran yang pada uji sonde horizontal memberikan tahanan
lunak. Dilatasi dengan berbagai ukuran sonde dilakukan pada arah horizontal.
Irigasi dan pemberian tetes mata steroid dilakukan pasca sondase. Sumbatan
akibat cedera dengan terputusnya kanalikulus inferior merupakan masalah yang
lebih rumit dan memerlukan tindakan yang khusus. Sumbatan kanalikulus
komunikans juga memerlukan
penanganan khusus yang lebih rumit. Konjungtivorinostomi dengan pemakaian
tabung silikon dan cangkok mukosa merupakan salah satu pilihan untuk mengatasi
masalah ini.
C. Sumbatan Nasolakrimal
Dibedakan penanganan pada anak-anak dengan penanganan pada orang dewasa. Epifora yang disertai hard
stop menunjukkan letak sumbatan nasolakrimal. Perkembangan sistim ekskresi
lakrimal, khususnya duktus nasolakrimalis bervariasi pada anak-anak yang
mengalami kelainan pembukaan Membrana Hassner. Timbulnya epifora bersamaan
dengan berfungsinya glandula lakrimalis sebagai sistim sekresi. Orang tua pada
umumnya lebih menyukai cara yang tidak menyakiti anak. Sondage vertikal pada
pendapat penulis sebaiknya dihindari karena kemungkinan false route sangat
besar. Massage daerah lakrimal menjadi pilihan pertama. Massage dengan tekanan
pada pangkal hidung ke arah inferior dilakukan satu-dua menit tiap hari. Bila
dalam jangka waktu tiga bulan tidak menunjukkan perbaikan maka irigasi berulang
merupakan langkah berikutnya yang dilakukan sampai anak berusia 1 (satu) tahun.
Batas usia ini tidak mutlak, apabila tanda radang tidak ada maka irigasi dapat
dilanjutkan sampai anak berusia dua tahun. Suatu tindakan yang lebih agresif
berupa intubasi tabung silikon dari Jackson
dapat juga dilakukan antara usia dua tahun dengan pembiusan umum. Sumbatan
nasolakrimal pada orang dewasa pada umumnya merupakan indikasi suatu
tindakanpembedahan yaitu dakriositorinostomi. Pembedahan ini dilakukan pada
keadaan peradangan tidak sedang dalam eksaserbasi akut.
TEKNIK TINDAKAN
Pengenalan anatomi penting dikuasai dengan benar. Beberapa hal yang
sederhana dan scring diamati dalam klinik sebagai kesulitan yang sebenarnya
tidak perlu.
a.
Pelebaran pungtum lakrimal
Bentuk kanalikulus berawal dari suatu saluran vertikal
pada pungtum. Cara yang benar pada dilatasi adalah menempatkan dilatator pada
posisi vertikal terhadap pungtum dan setelah mcndapat tahanan lunak diubah
arahnya ke arah medial. Hal yang sama juga dilakukan pada saat memasukkan jarum
irigasi atau sonde.
b.
Intubasi tabung silikon
Aplikasi adrenalin untuk mengerutkan concha memerlukan
waktu. Sondase yang dilakukan terburu-buru akan mendapatkan halangan visualisasi
pada rongga hidung. Logam khusus lentur tidak didorong dengan paksaan, tetapi
diikuti sejauh mungkin mengikuti kelenturan duktus nasolakrimalis belahan
mukosa. Setelah tahanan tulang dirasakan baru diberikan tekanan untuk masuk ke
dalam rongga hidung di daerah meatus inferior.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar