BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Derajat kesehatan di Indonesia
telah mengalami kemajuan yang bermakna. Hal ini ditandai dengan menurunnya
angka kematian bayi (AKB), dari 46 (SDKI 1997) menjadi 35 per 1.000 kelahiran
hidup (SDKI 2002-2003), dan angka kematian ibu melahirkan (AKI) dari 334 (SDKI
1997) menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003). Meskipun sudah
menurun, namun bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga, maka angkaangka
tersebut masih belum menggembirakan.
Umur Harapan Hidup (UHH) waktu
lahir dalam tiga dekade cenderung meningkat dari 41 tahun pada (1960) menjadi
66,2 tahun (Susenas 2003). AKB, AKI, dan UHH tersebut masih terdapat
ketimpangan, terutama di wilayah KTI, serta penduduk dengan strata ekonomi dan
pendidikan rendah.
Prevalensi gizi kurang pada
balita juga mengalami penurunan dari 37,5% (1989) menjadi 24,6% (2000) dan
meningkat kembali menjadi 31% pada tahun 2001. Saat ini kasus gizi buruk
(busung lapar) sedikit merebak, karena lemahnya sistem kewaspadaan pangan dan
gizi, serta menurunnya perhatian pemerintah terhadap kesehatan masyarakat.
Saat ini di setiap kecamatan telah ada paling
sedikit sebuah Puskesmas, data tahun 2000 terdapat 7.237 Puskesmas, 21.267
Puskesmas Pembantu, dan 6.392 Puskesmas Keliling. Hampir di setiap ibu kota
provinsi dan kabupaten/kota telah tersedia rumah sakit milik pemerintah.
Permasalahan yang dirasakan tentang sarana kesehatan tersebut terutama di
daerah-daerah pemekaran. Namun demikian pelayanan kesehatan masih dirasakan
belum mencukupi, baik dari segi keterjangkauan, maupun kualitasnya.
- Rumusan Maslah
1. Apa yang menjadi kecenderungan
permaslahan?
2. Bagaimana rekomendasi penyelesaian?
BAB III
PEMBAHASAN
- Kecenderungan Permasalahan Yang Masih Mungkin Dihadapi
Keadaan geografi negara
Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau yang terpencar-pencar, merupakan salah
satu tantangan dalam upaya pembangunan nasional terutama dalam pembangunan
kesehatan.
Pembangunan Kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi
tingginya. Selain itu pembangunan Kesehatan juga merupakan upaya untuk memenuhi
salah satu hak rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai
dengan amanat Undang Undang Dasar 1945 dan Undang Undang Nomor 23 tahun 1992
tentang kesehatan Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi
untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang diukur dengan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM).
Keadaan lain di Negara
Indonesia yang masih merupakan masalah yang harus dihadapi dalam permasalahan
Bidang Kesehatan meliputi :
- Masih cukup tingginya disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi.
Permasalahan
pembangunan sosial dan budaya yang menjadi perhatian utama antara lain adalah
masih rendahnya derajat kesehatan dan status gizi serta tingkat kesejahteraan
sosial masyarakat; masih rentannya ketahanan budaya dan belum diberdayakannya
kesenian dan pariwisata secara optimal; masih rendahnya kedudukan dan peranan
perempuan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan; masih rendahnya
partisipasi aktif pemuda dalam pembangunan nasional, belum membudayanya
olahraga dan masih rendahnya prestasi olahraga.
Berbagai
permasalahan tersebut akan diatasi melalui pelaksanaan berbagai program
pembangunan yang mengacu pada arah kebijakan sosial dan budaya yang telah
diamanatkan dalam GBHN 1999–2004. Strategi yang digunakan dalam melaksanakan
pembangunan bidang sosial dan budaya adalah desentralisasi; peningkatan peran
masyarakat termasuk dunia usaha; pemberdayaan masyarakat termasuk pemberdayaan
perempuan dan keluarga; penguatan kelembagaan termasuk peningkatan koordinasi
antarsektor dan antarlembaga.
Lingkungan sosial budaya yang
erat kaitannya dengan masalah kesehatan harus dilihat dari segi kehidupan
masyarakat secara luas. Faktor-faktor keasyarakatan tersebuit antara lain
struktur sosial, ekonomi dan budaya. Ini meliputi kecerdasan rakyat, kesadaran
rakyat untuk memlihara kesehatan dirinya sendiri.
Makin bertambah tinggi tingkat
pendidikan masyarakat kan tercipta perilaku dan sikap yang baik terhadapa hidup
sehat yang menguntungkan uipaya kesehatan. Masyarakat agraris pada umumnya
lebih lamban menanggapi perubahan nilai sosila budaya termasuk ekonomi, hingga
sulit mengatasi masalah kemiskinan maupun pengembangan sosial dan budaya, yang justru
berpengaruh pada sikap dan perilaku hidup sehat.
- Mobilitas penduduk yang cukup tinggi ;
Upaya
pengendalian pertumbuhan telah berhasil dengan baik terutama melalui gerakan
Keluarga Berencana. Namun pertambahan jumlah penduduk dan perbandingan penduduk
usia muda yang masih besar, serta penyebaran peduduk yang masih belum merata,
menimbulkan masalah. Perbandingan jumlah penduduk wanita dan pria, tidak akan
banyak berubah dari keadaan sekarang, yaitu 100 orang wanita terhadap 96,8
pria. Jumlah penduduk berusia 40 tahun keatas, secara relatif akan bertambah.
Ini berarti perlunya peningkatan pelayanan untuk penyakit-penyakit tidak
menular seperti kanker, penyakit jantung, dan penyakit degeneratif lainnya yang
biasa diderita oleh penduduk berusia 40 tahun keatas, yang relatif lebih mahal
pelayanannya dibandingkan dengan penyakit menular.
Dengan
demikian ciri kependudukan di Indonesia sampai sekarang masih cenderung
bergerak lamban dari penduduk usia muda ke arah penduduk usia tua. Karena itu
upaya kesehatan masih ditujukan terutama kepada penyakit-penyakit yang banyak
dideriita oleh anak-anak di bawah usia 5 tahun, dengan tidak melupakan pula
berbagai penyakit yang lazim diderita oleh golongan umur produktif yang makin
besar jumlahnya serta perubahan ciri-ciri penyakit di masa akan dating
- kondisi kesehatan lingkungan masih rendah;
Pencemaran lingkungan dewasa
ini selain terutama disebabkan karena kebiasaan membuang kotoran yang tidak
semestinya juga disebabkan oleh pencemaran air dan tanah serta udara karena bahan
buangan industri, limbah pertanian dan pertambangan serta pencemaran udara
karena kenderaan bermotor.
Pencemaran makanan dan minuman
dapat terjadi karena hygiene dan sanitasi yang belum memadai, pemakaian bahan
tambahan, pemakaian pestisida untuk menyelamatkan produksi pangan dan keadaan
lingkungan yang makin tercemar.
Mengenai perumahan, bahwa
dewasa ini masih banyak penduduk menempati rumah dan pemukiman yang tidak
layak, yang merugikan kondisi kesehatan diri sendiri dan lingkungan.
- Perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah;
Berdasarkan batasan perilaku
dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang
(organisme) terhadap stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. dari batasan
ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok.
Tidak
merokok. merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam
penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-olah
sudah membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa merokok. bahkan dari
hasil suatu penelitian, sekitar 15% remaja kita telah merokok. inilah tantangan
pendidikan kesehatan kita.
Tidak minum-minuman keras dan
narkoba. Kebiasaan minuman keras dan mengkonsumsi narkoba (narkotik dan
bahan-bahan berbahaya lainnya) juga cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk
Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai kebiasaan minuman keras ini.
Istirahat
cukup. dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian
lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan,
sehingga kurang waktu istirahat. hal ini dapat juga membahayakan kesehatan.
Mengendalikan
stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam bagi
kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras seperti
diuraikan di atas. Kecenderungan stres akan meningkat pada setiap orang. stres
tidak dapat kita hindari, maka yang penting agar stres tidak menyebabkan
gangguan kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stres dengan
kegiatan-kegiatan yang positif.
Perilaku atau gaya hidup lain
yang positif bagi kesehatan, misalnya : tidak berganti-ganti pasangan dalam
hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dan sebagainya
Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu Upaya untuk memberikan pengalaman belajar
atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan
edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan
pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat
(empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan
mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan
meningkatkan kesehatannya.
- Keterbatasan pelayanan kesehatan ;
Dalam
rangka pemerataan pengembangan dan pembinaan kesehatan masyarakat, khususnya
yang berpenghasilan rendah, telah dibangun Pusat-Pusat Kesehatan Masyarakat.
Dewasa ini seluruh kecamatan sudah mempunyai sekurang-kurangnya sebuah
Puskesmas serta beberapa Puskesmas Pembantu. Jangkauan upaya pelayanan
Puskesmas dan Puskemsas pemantu masih belum memadai terutama di daerah pedesaan
yang sulit perhubungannya atau daerah terpencil. Untuk mengatasi itu diadakan
Puskesmas Keliling dan Polindes untuk membantu memberiakan pelayanan kepeda
penduduk. Namun belum semua desa bisa terjangkau.
Upaya pelayanan kesehatan yang
mmenyeluruh dan terpadu hanya mungkin diwujudkan jika sistem rujukan
dikembangkan dengan meningkatkan sarana dalam arti luas, yakni pengembangan
rumah sakit yang memenuhi syarat medis teknis serta kejelasan tanggung jawab antara
Puskesmas dan Rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta.,
- Jumlah tenaga kesehatan masih kurang merata, masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya, masih rendahnya kinerja SDM Kesehatan.
Secara umum
dapat dikatakan bahwa baik tenaga medis maupun tenaga paramedis jumlah dan
mutunya serta pemerataannya masih belum memadai. Hampir seluruh dokter dan
sebagian besar tenaga paramedis adalah pegawai negeri, sedangkan banyak tenaga
medis merangkap melayani usaha kesehatan swasta. Hal ini dapat mengurangi mutu
pelayanan kesehatan-kesehatan pemerintah. Perbandingan jumlah dokter dan
paramedis serta tenaga kesehatan lainnya terhadap jumlah penduduk masih jauh
dari memuaskan. Pola ketenagaan untuk unit-unit pelayanan kesehatan serta pendidikan
dan latihannya masih perlu dimantapkan.
Sistem
pengelolaan tenaga kesehatan yang baru dirintis belum sepenuhnya memungkinkan
pembinaan tenaga kesehatan berdasarkan sistem karier dan prestasi kerja. Dengan
meningkatnya kecepatan pembangunan bidang kesehatan sebagi bagian dari
pembangunan nsional, kiranya masalah ketenagaan tersebut juga akan cenderung
meningkat pula. Karena itu masalah ketenagaan perlu mendapatkan prioritas
penggarapan baik untuk jangka pendek maupun menengah dan jangka panjang.
- Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada belum optimal ;
Pencarian
dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut
perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini adalah
menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau
kecelakaan. tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self
treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
Fasilitas
kesehatan sebagi salah satu sumber daya kesehatan sampai dewasa ini telah
dikembangkan tahap demi tahap sesuai dengan keperluan. Jumlah dan fungsi rumah
sakit baik pemerintah maupun swasta telah pula ditingkatkan. Peningkatan rumah
sakit ini merupakan salah satu kegiatan dari peningkatan upaya kesehatan
rujukan, yang dimaksudkan untuk lebih menunjang upaya kesehatan Puskesmas.
Demikian pula fasilitas kesehatan lainnya seperti laboratorium , kantor,
perumahan dinas, fasilitas pendidikan dan latihan dan yang lainnya telah pula
ditingkatkan. Namun pamanfaatan terhadap fasiltas tersebut masih belum optimal,
hal ini dapat kita lihat dari sedikitnya jumlah kunjungan rawat jalan di
Puskesmas dibandingkan dengan kunjungan ke praktek pribadi medis maupun
paramedis. Selain itu masih adanya pemanfaatan pengobatan pada praktik
perdukunan pada sebagain masyarakat di pedesaan.
- Akses masyarakat untuk mencapai fasilitas kesehatan yang ada belum optimal.
Akses yang
dimaksud adalah sarana pendukung seperti sarana jalan dan transfortasi yang
masih belum baik dan kurang. Di daerah terbelakang dan terpencil sampai saat
ini untuk sarana jalan dan transfortasi dapat dikatakan kurang mendukung. Untuk
mencapai fasilitas kesehatan terkadang membutuhkan waktu berhari-hari hanya
untuk mengobati sakit sanak keluarga masyarakat di desa terpencil tersebut. Permasalah
ini tidak lepas juga dengan letak geografis darah tersebut. Selain itu tidak
semua desa tertinggal atau terpencil ditempatkan petugas kesehatan dikarenakan
masih kurangnya tenaga kesehatan.
- Peran lintas sektor dalam bidang kesehatan belum optimal.
Di antara
faktor-faktor yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembangunan amntara lain
adalah kertja sama lintas sektor. Kerja sama yang dimaksud adalkah kerja sama
berbagao sektor pembangunan, kerjasama pemerintah dengan masyarakat termasuk
swasta. Yang masih perlu ditingkatkan adalah kerja sama lintas sektor yang
diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta, baik dari segi teknis opersional
maupun administratif, ketengaan dan kejelasan mekanisme kerja bahkan termasuk
aspek-aspek hukum yang dapat memantapkan kerja sama secara luas
Kerja sama
llintas sektor sering sukar diwujudkan jika kerja sama tersebut tidak didasari
oleh saling pengertian dan keterbukaan yang mendalam antara komponen yang
terlibat serta tidak ada kejelasan tentang tujuan bersama. Peran yang harus
dilakukan oleh masing-masing komponen dalam kerja sama itu dan mekanisme
kerjanya perlu dirumuskan.
- Rekomendasi Pemecahan Masalah
Dalam pengembangan pembangunan
kesehatan, Departemen Kesehatan melakukan penyusunan berbagai pedoman dan
standar, penelitian dan pengembangan kesehatan, pengembangan sistem informasi
kesehatan, memfasilitasi daerah dalam memenuhi komitmen nasional dan global,
serta mendorong peran aktif masyarakat.
1. Dengan makin kompleksnya pembangunan
kesehatan, sangat diperlukan berbagai standar dan pedoman pembangunan kesehatan
dari Departemen Kesehatan. Di era desentralisasi, standar dan pedoman
pembangunan kesehatan dalam lingkup nasional tersebut semakin diperlukan
sebagai acuan penting dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan daerah.
2. Selama ini di lingkungan Departemen
Kesehatan berbagai jenis sistem informasi kesehatan telah berhasil
dikembangkan, yakni dengan telah dikembangkannya. Sistem Informasi Kesehatan
Nasional. Tetapi dengan berlakunya asas desentralisasi, berbagai sistem
informasi tersebut menjadi tidak berjalan lancar. Dengan kurang lancarnya
sistem informasi kesehatan tersebut berakibat pada sistem perencanaan dan
pengembangan kebijakan yang kurang berbasis pada data dan kenyataan di
lapangan.
3. Dalam tahun 2003, penelitian dan
pengembangan kesehatan secara nasional telah mulai digerakkan secara lebih
terarah, terutama dalam kaitannya dengan desentralisasi pembangunan kesehatan,
dan dalam menghadapi tantangan globalisasi. Saat ini masih dirasakan adanya
kesenjangan antara produk litbangkes dengan pemanfaataanya untuk pembangunan
kesehatan. Selain itu perlu adanya kajian-kajianterhadap fenomena yang ada saat
ini serta prediksiuntuk perkembangan masa depan. Di masa mendatang peran
penelitian dan pengembangan kesehatan serta kajian kebijakan pembangunan
kesehatan, semakin diperlukan dalam mendukung pembangunan kesehatan.
4. Keberadaan dan kiprah Badan Pertimbangan
Kesehatan sangat ditunggu-tunggu, terutama untuk memenuhi konsekwensi terhadap
komitmen nasional dan global, serta sebagai penghubung pembangunan
kesehatanantar Daerah dan Pusat, serta antar Daerah yang satu dan lainnya.
5. Pemberdayaan masyarakat sebagai isu
sentral dalam pembangunan kesehatan perlu mendapat perhatian dan penanganan
secara serius, terutama dalam melibatkan masyarakat untuk ikut serta dalam
melakukan pelayanan kesehatan (to serve), dalam melakukan advokasi kepada
stakeholder (to advocate), dan aktif dalam mengkritisi pelaksanaan upaya
kesehatan (to watch).
6. Peranserta masyarakat di bidang kesehatan
telah banyak berkembang antara lain dimulai dengan terbentuknya PKMD
(Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) yang sekarang menjadi Upaya Kesehatan
Bersumber Masyarakat (UKBM). Departemen Kesehatan telah mengembangan Pedoman
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan telah disosialisasikan dan
dilaksanakan secara nasional. Mengingat kecenderungan semakin banyaknya
penyakit akibat perilaku dan gaya hidup yang tidak sehat, maka pengembangan dan
penyebarluasan sistem surveilan untuk perilaku yang berisiko (Behavioral Risk
Factors Surveilance System) sangat mendesak untuk dilaksanakan dan
disebarluaskan.
7. Sampai dewasa ini sebenarnya cukup banyak
pembangunan kesehatan yang dilaksanakan berdasarkan asas dekonsentrasi dan asas
pembantuan. Pemahaman dan pengutamaan konteks, proses, dan penyelenggara dari
pelaksanaan kedua asas tersebut perlu lebih jelas dan fokus lagi. Selain itu
perlu digarisbawahi bahwa pelaksanaan pembangunan kesehatan secara nasional
akan gagal jika pusat tidak atau kurang memperhatikan kenyataan kemampuan
keuangan berbagai daerah yang terbatas.
8. Dari pengalaman beberapa tahun terakhir,
kejadian berbagai keadaan darurat/life saving yang berskala nasional di
berbagai daerah, memerlukan pelayanan kesehatan yang bersifat khusus dan
langsung dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan pada
keadaan darurat/life saving yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan
tersebut, masih perlu ditingkatkan.
9. Penajaman sasaran pembangunan kesehatan
selama ini perlu ditingkatkan terutama untuk pemberian subsidi pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan bagi penduduk miskin. Departemen Kesehatan telah
menetapkan kebijakan yang mendasar, yakni membebaskan pembiayaan bagi keluarga
miskin yang berobat ke Puskesmas dan rumah sakit klas tiga.
10. Upaya kesehatan yang bersifat public goods
perlu lebih diutamakan. Di masa depan Departemen Kesehatan perlu lebih
memberikan prioritas dalam upaya ini, untuk menekan terjadinya masalah
kesehatan masyarakat, terutama yang akan menimpa masyarakat miskin. Bantuan
fasilitas dari Pusat untuk mendukung pemberantasan penyakit menular (antara
lain vaksin) masih perlu dibenahi, karena apabila hal ini dibebankan kepada
daerah, maka sudah bisa dipastikan bahwa upaya pemberantasan ini akan kurang
berhasil. Upaya kesehatan yang bersifat public goods ini harus berkualitas
tinggi dan bisa dipertanggungjawabkan serta dipertanggunggugatkan kepada
masyarakat. Disamping itu penyelenggaraan promosi kesehatan masih terbatas, dan
perlu ditingkatkan baik intensitas maupun teknologinya yang sesuai dengan perkembangan
sosial budaya masyarakat.
11. Pengaturan sistem rujukan pelayanan
kesehatan sudah dilakukan, seperti peningkatan pemanfaatan rumahrumah sakit
vertikal. Sementara itu alokasi anggaranuntuk upaya meningkatkan kinerja rumah
sakit-rumah sakit vertikal ini perlu ditingkatkan.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Pembangunan Kesehatan terus
berjalan dan sejak dicanangkan perencanaan Indoneseia Sehat Tahun 2010 pada
tahun 1999 oleh Presiden BJ.Habibie masih menyisakan 1 tahun lagi, namun
permasalahan yang dihadapi teruslah ada dan berkembang. Hal tersebut tidak
lepas dari geografis Indonesia itu sendiri dan era globalisasi dunia yang
sangat mempengaruhinya. Memang dilihat dari permasalahan tersebut kita seakan
pesimis bahwa Indonesia sehat 2010 akan tercapai, tetapi diharapkan dengan
semangat dan tanggungjawab kita semua maka tujuan tersebut bisa tercapai.
Dengan belajar dari pengalaman serta upaya-upaya yang terus dilaksanakan
marilah kita sungsung Indonesia sehat 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar